Selasa, 27 Oktober 2009

kerusakan lingkungan hidup akibat limbah industri

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Pengalaman beberapa negara berkembang khususnya negara-negara latin yang gandrung memakai teknologi dalam industri yang ditransfer dari negara-negara maju (core industry) untuk pembangunan ekonominya seringkali berakibat pada terjadinya distorsi tujuan. Keadaan ini terjadi karena aspek-aspek dasar dari manfaat teknologi bukannya dinikmati oleh negara importir, tetapi memakmurkan negara pengekspor atau pembuat teknologi. Negara pengadopsi hanya menjadi konsumen dan ladang pembuangan produk teknologi karena tingginya tingkat ketergantungan akan suplai berbagai jenis produk teknologi dan industri dari negara maju Alasan umum yang digunakan oleh negara-negara berkembang dalam mengadopsi teknologi (iptek) dan industri, searah dengan pemikiran yang menyebutkan bahwa untuk masuk dalam era globalisasi dalam ekonomi dan era informasi harus melewati gelombang agraris dan industrialis. Hal ini didukung oleh itikad pelaku pembangunan di negara-negara untuk beranjak dari satu tahapan pembangunan ke tahapan pembangunan berikutnya.
Tetapi akibat tindakan penyesuaian yang harus dipenuhi dalam memenuhi permintaan akan berbagai jenis sumber daya (resources), agar proses industri dapat menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia, seringkali harus mengorbankan ekologi dan lingkungan hidup manusia. Hal ini dapat kita lihat dari pesatnya perkembangan berbagai industri yang dibangun dalam rangka peningkatan pendapatan (devisa) negara dan pemenuhan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia.
Disamping itu, iptek dan teknologi dikembangkan dalam bidang antariksa dan militer, menyebabkan terjadinya eksploitasi energi, sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari.
Pengertian dan persepsi yang berbeda mengenai masalah lingkungan hidup sering menimbulkan ketidak harmonisan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Akibatnya seringkali terjadi kekurang tepatan dalam menerapkan berbagai perangkat peraturan, yang justru menguntungkan perusak lingkungan dan merugikan masyarakat dan pemerintah.


B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas permasalahan :
1) Bagaimana kontribusi industri dan teknologi yang menyebar terhadap
pencemaran lingkungan
2) Bagaimana klasifikasi pencemaran lingkungan, dan
3) Bagaimana menyikapi terjadinya pencemaran lingkungan hidup.


BAB II
PEMBAHASAN


A.Konsep-Konsep Untuk Memahami Masalah Lingkungan Dan Pencemaran Oleh Industri
Seringkali ditemukan pernyataan yang menyamakan istilah ekologi dan lingkungan hidup, karena permasalahannya yang bersamaan. Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya di sebut ekologi.
Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupannya dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Dari definisi diatas tersirat bahwa makhluk hidup khususnya merupakan pihak yang selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam hal respirasi, pemenuhan kebutuhan pangan, papan dan lain-lain. Dan, manusia sebagai makhluk yang paling unggul di dalam ekosistemnya, memiliki daya dalam mengkreasi dan mengkonsumsi berbagai sumber-sumber daya alam bagi kebutuhan hidupnya.
Di alam terdapat berbagai sumber daya alam. yang merupakan komponen lingkungan yang sifatnya berbeda-beda, dimana dapat digolongkan atas :
- Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources)
- Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable natural resources).
Berbagai sumber daya alam yang mempunyai sifat dan perilaku yang beragam tersebut saling berinteraksi dalam bentuk yang berbeda-beda pula. Sesuai dengan kepentingannya maka sumber daya alam dapat dibagi atas; (a). fisiokimia seperti air, udara, tanah, dan sebagainya, (b). biologi, seperti fauna, flora, habitat, dan sebagainya, dan (c). sosial ekonomi seperti pendapatan, kesehatan, adat-istiadat, agama, dan lain-lain.
Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan non-hayati akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya didapati proses pergerakan energi dan hara (material) dalam suatu sistem yang menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi.
Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus mampu mengenali sifat lingkungan hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor. Berkaitan dengan pernyataan ini, sifat lingkungan hidup dikategorikan atas dasar : (1). Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut, (2). hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup tersebut, (3). kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup, dan (4). faktor-faktor non-materil, seperti cahaya dan kebisingan.
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, yang dapat mempengaruhi dan mempengaruhi oleh lingkungan hidupnya, membentuk dan dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler, berarti jika terjadi perubahan pada lingkungan hidupnya maka manusia akan terpengaruh.
Uraian ini dapat menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran lingkungan, terutama terhadap kesehatan dan mutu hidup manusia. Misalnya, akibat polusi asap kendaraan atau cerobong industri, udara yang dipergunakan untuk bernafas oleh manusia yang tinggal di lingkungan itu akan tercemar oleh gas CO (karbon monoksida).
Berkaitan dengan paparan ini, perlakuan manusia terhadap lingkungan akan mempengaruhi mutu lingkungan hidupnya. Konsep mutu lingkungan berbeda bagi tiap orang yang mengartikan dan mempersepsikannya secara sederhana menerjemahkan bahwa mutu lingkungan hidup diukur dari kerasannya manusia yang tinggal di lingkungan tersebut, yang diakibatkan oleh terjaminnya perolehan rejeki, iklim dan faktor alamiah lainnya yang sesuai.
Batasan ini terasa sempit, bila dikaitkan dengan pengaruh elemen lingkungan yang sifatnya tidak dikenali dan dirasakan, misalnya dampak radiasi baik yang disebabkan oleh sinar ultraviolet atau limbah nuklir, yang bersifat merugikan bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.

B.INDUSTRI DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
Jika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu adanya itikad yang kuat dan kesamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi. Tetapi untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar dapat dimanfaatkan secara optimal maka manusia diharuskan untuk mampu memperkecil resiko kerusakan lingkungan.
Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar manusia tetap “survival”. Hakekatnya manusia telah “survival” sejak awal peradaban hingga kini, tetapi peralihan dan revolusi besar yang melanda umat manusia akibat kemajuan pembangunan, teknologi, iptek, dan industri, serta revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap mampu menggoreskan sejarah kehidupan, akibat relasi kemajuan yang bersinggungan dengan lingkungan hidupnya. Karena jika tidak mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari permasalahan lingkungan, maka kemajuan yang telah dicapai terutama berkat ke-magnitude-an teknologi akan mengancam kelangsungan hidup manusia.


1.Dampak Industri dan Teknologi terhadap Lingkungan
Pentingnya inovasi dalam proses pembangunan ekonomi di suatu negara, dalam hal ini, pesatnya hasil penemuan baru dapat dijadikan sebagai ukuran kemajuan pembangunan ekonomi suatu bangsa.
Dari berbagai tantangan yang dihadapi dari perjalanan sejarah umat manusia, kiranya dapat ditarik selalu benang merah yang dapat digunakan sebagai pegangan mengapa manusia “survival” yaitu oleh karena teknologi.
Teknologi memberikan kemajuan bagi industri baja, industri kapal laut, kereta api, industri mobil, yang memperkaya peradaban manusia. Teknologi juga mampu menghasilkan sulfur dioksida, karbon dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam kelangsungan hidup manusia akibat memanasnya bumi akibat efek “rumah kaca”.
Teknologi yang diandalkan sebagai instrumen utama dalam “revolusi hijau” mampu meningkatkan hasil pertanian, karena adanya bibit unggul, bermacam jenis pupuk yang bersifat suplemen, pestisida dan insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama juga menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan berbagi jenis pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat daya tahan hama tanaman misalnya wereng dan kutu loncat.
Teknologi juga memberi rasa aman dan kenyamanan bagi manusia akibat mampu menyediakan berbagai kebutuhan seperti tabung gas kebakaran, alat-alat pendingin (lemari es dan AC), berbagai jenis aroma parfum dalam kemasan yang menawan, atau obat anti nyamuk yang praktis untuk disemprotkan, dan sebagainya. Serangkai dengan proses tersebut, ternyata CFC (chlorofluorocarbon) dan tetra fluoro ethylene polymer yang digunakan justru memiliki kontribusi bagi menipisnya lapisan ozon di stratosfer.

Teknologi memungkinkan negara-negara tropis (terutama negara berkembang) untuk memanfaatkan kekayaan hutan alamnya dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai pembiayaan pembangunan, tetapi akibat yang ditimbulkannya merusak hutan tropis sekaligus berbagai jenis tanaman berkhasiat obat dan beragam jenis fauna yang langka.
Bahkan akibat kemajuan teknologi, era sibernitika yang mengglobal dapat dikonsumsi oleh negara-negara miskin sekalipun karena kemampuan komputer sebagai instrumen informasi yang tidak memiliki batas ruang. Dalam hal ini, jaringan Internet yang dapat diakses dengan biaya yang tidak mahal menghilangkan titik-titik pemisah yang diakibatkan oleh jarak yang saling berjauhan. Kemajuan teknologi sibernitika ini meyakini para ekonom bahwa kemajuan yang telah dicapai oleh negara maju akan dapat disusul oleh negara-negara berkembang, terutama oleh menyatunya negara maju dengan negara berkembang dalam blok perdagangan.
Kasus Indonesia memang negara “late corner” dalam proses industrialisasi di kawasan Pasifik, dan dibandingkan beberapa negara di kawasan ini kemampuan teknologinya juga masih terbelakang. Menurut PECC dalam laporannya berjudul “Pacific Science and Technology Profit, menyimpulkan bahwa Indonesia dari segi pengeluaran R&D (Research and Design) sebagai persentase PDB, tergolong masih sangat kurang.
Selanjutnya, dipaparkan bahwa Indonesia bersama dengan Filipina berada di peringkat terbawah, yaitu sekitar 0,12 persen saja untuk tahun 1987. Sedangkan Malaysia, Singapura dan Cina persentasenya mendekati 1 persen, di Korea mendekati 2 %, bahkan Amerika dan Jepang jauh diatas 2 persen.
Dari segi jumlah ilmuwan dan insiyur, Indonesia juga berada pada peringkat terbawah, yaitu hanya 4 orang per 10.000, dibandingkan dengan 15 orang di Korea, 18 orang di Taiwan, 23 orang di Singapura, 34 orang di Jepang dan 40 orang di Amerika. Berdasarkan data perbandingan tersebut, indikasi kebijaksanaan harus menitikberatkan perhatian yang lebih bagi upaya untuk mengkreasi penemuan-penemuan teknologi, melalui tahapan mempelajari proses akuisisi dan peningkatkan kemampuan teknologi yang telah dikuasai.
Seperti pengalaman negara-negara lain yang telah melalui berbagai tahapan pembangunan sampai pada tahap industrialisasi, maka Indonesia juga mengandalkan teknologi dalam industrinya untuk memelihara momentum pembangunan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan diatas 5 % pertahunnya
Masuknya teknologi ke Indonesia sudah dimulai sejak diundangkannya UUPMA (UU No. 1 tahun 1967, yang diperbarui dengan PP.No. 20 tahun 1994). Dengan dukungan UU tentang Hak Paten (Property Right) dan UU Perlindungan Hak Cipta (Intellectual Right), maka banyak perusahaan multinasional dan asing yang menggunakan, memakai dan mengembangkan teknologi dalam menghasilkan berbagai produk industri. Dalam hal merebaknya teknologi industri masuk ke Indonesia, dapat melalui : (a) Science agreement, (b). technical assistance and cooperation, (c). turnkey project, (d). foreign direct investment, dan (e). purchase of capital goods. Atau dalam bentuk equity participation dalam rangka joint operation agreement, know - how agreement, kontrak-kontrak pembelian mesin-mesin, trade fair dan berbagai lokakarya.
Sebagai salah satu negara berkembang yang banyak membutuhkan dana bagi pembiayaan pembangunan, maka Indonesia seringkali “dicurigai” melakukan eksploitasi sumber alamnya secara besar-besaran, karena dukungan kemajuan teknologi dan besarnya tingkat kebutuhan industri-industri yang berkembang pesat secara kuantitif dan berskala besar.
Berdasarkan hasil studi empiris yang pernah dilakukan oleh Magrath pada tahun 1987, diperkirakan bahwa akibat erosi tanah yang terjadi di Jawa nilai kerugian yang ditimbulkannya telah mencapai 0,5 % dari GDP, dan lebih besar lagi jika diperhitungkan kerusakan lingkungan di Kalimantan akibat kebakaran hutan, polusi di Jawa, dan terkurasnya kandungan sumber daya tanah di Jawa.
Masalah prioritas model teknologi (iptek) apakah kompetitif (competitive) atau komparatif (comparative), teknokrat yang diwakili Widjojo Nitisastro cs dan Sumitro Djojohadikusumo, mengurutnya atas dasar teknik Delphi. Sedangkan B. J. Habibie (Dewan Riset Nasional) merangkainya dengan konsep matriks.
Terlepas dari berbagai keberhasilan pembangunan yang disumbangkan oleh teknologi dan sektor industri di Indonesia, sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan, khususnya pada kota-kota yang sedang berkembang seperti Gresik, Surabaya, Jakarta, Bandung Lhoksumawe, Medan, dan sebagainya. Bahkan hampir seluruh daerah di Jawa telah ikut mengalami peningkatan suhu udara, sehingga banyak penduduk yang merasakan kegerahan walaupun di daerah tersebut tergolong berhawa sejuk dan tidak pesat industrinya.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut dapat dicatat keadaan lingkungan di beberapa kota di Indonesia, yaitu :
- Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.
- Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam kandungan air permukaan dan biota airnya.
- Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
- Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius.
- Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2 SO2, dan debu.
- Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis, seperti minyak bumi dan batubara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020.
- Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan yang disengaja atau oleh bencana kebakaran.
- Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan lahan pertanian semakin memyempit dan mengalami pencemaran.

2. Klasifikasi Pencemaran Lingkungan
Masalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan dalam UU No. 4 Tahun 1982, yakni masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannya.
Dari definisi yang panjang tersebut, terdapat tiga unsur dalam pencemaran, yaitu : Sumber perubahan oleh kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi suatu bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi lingkungan dalam menunjang kehidupan.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya :
a) pengelompokan menurut bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya
b) pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial
c) pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder

Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada dasarnya terletak pada esensi kegiatan manusia yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang merugikan masyarakat banyak dan lingkungan hidupnya.

3.Menyikapi Pencemaran Lingkungan
Konferensi PBB tentang lingkungan Hidup di Stockholm pada tahun 1972, telah menetapkan tanggal 5 Juni setiap tahunnya untuk diperingati sebagai Hari lingkungan Hidup Sedunia. Kesepakatan ini berlangsung didorong oleh kerisauan akibat tingkat kerusakan lingkungan yang sudah sangat memprihatinkan.
Di Indonesia perhatian tentang lingkungan hidup telah dilakukan sejak tahun 1960-an. Tonggak pertama sejarah tentang permasalahan lingkungan hidup dipancangkan melalui seminar tentang Pengelolaan lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional yang diselenggarakan di Universitas Padjajaran pada tanggal 15 - 18 Mei 1972. Hasil yang dapat diperoleh dari pertemuan itu yaitu terkonsepnya pengertian umum permasalahan lingkungan hidup di Indonesia. Dalam hal ini, perhatian terhadap perubahan iklim, kejadian geologi yang bersifat mengancam kepunahan makhluk hidup dapat digunakan sebagai petunjuk munculnya permasalahan lingkungan hidup.
Pada saat itu, pencemaran oleh industri dan limbah rumah tangga belumlah dipermasalahkan secara khusus kecuali di kota-kota besar. Saat ini, masalah lingkungan hidup tidak hanya berhubungan dengan gejala-gejala perubahan alam yang sifatnya evolusioner, tetapi juga menyangkut pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah industri dan keluarga yang menghasilkan berbagai rupa barang dan jasa sebagai pendorong kemajuan pembangunan di berbagai bidang.
Pada Pelita V, berbagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup dilakukan dengan memperkuat sanksi dan memperluas jangkauan peraturan-peraturan tentang pencemaran lingkungan hidup, dengan lahirnya Keppres 77/1994 tentang Organisasi Bapedal sebagai acuan bagi pembentukan Bapeda/Wilayah di tingkat Propinsi, yang juga bermanfaat bagi arah pembentukan Bapeda/Daerah. Peraturan ini dikeluarkan untuk memperkuat Undang-Undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dianggap perlu untuk diperbaharui.
Berdasarkan Strategi Penanganan Limbah tahun 1993/1994, yang ditetapkan oleh pemerintah, maka proses pengolahan akhir buangan sudah harus dimulai pada tahap pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga pengolahan akhir limbah buangan (Lampiran Pidato Presiden RI, 1994 : II/27). Langkah yang ditempuh untuk mendukung kebijaksanaan ini, ditempuh dengan pembangunan Pusat Pengelolaan Limbah Industri Bahan Berbahaya dan Beracun (PPLI-B3), di Cileungsi Jawa Barat, yang pertama di Indonesia. Pendirian unit pengolahan limbah ini juga diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1994 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Disamping itu, untuk mengembangkan tanggung jawab bersama dalam menanggulangi masalah pencemaran sungai terutama dalam upaya peningkatan kualitas air, dilaksanakan Program Kali Bersih (PROKASIH), yang memprioritaskan penanganan lingkungan pada 33 sungai di 13 Propinsi. Upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup ini, ternyata juga menghasilkan lapangan kerja dan kesempatan berusaha baru di berbagai kota dan sektor pembangunan.
Dari uraian tersebut diatas jelaslah bagi kita bahwa dalam menyikapi terjadinya pencemaran lingkungan baik akibat teknologi, perubahan lingkungan, industri dan upaya-upaya yang dilakukan dalam pembangunan ekonomi, diperlukan itikad yang luhur dalam tindakan dan perilaku setiap orang yang peduli akan kelestarian lingkungan hidupnya.
Walaupun telah ditetapkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1982, PP No. 19 tahun 1994 dan Keppres No .7 tahun 1994 yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan, jika tidak ada kesamaan persepsi dan kesadaran dalam pengelolaan lingkungan hidup maka berbagai upaya pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat tidak akan dapat dinikmati secara tenang dan aman, karena kekhawatiran akan bencana dari dampak negatif pencemaran lingkungan.


BAB III
PENUTUP


A.Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dari tulisan diatas, sebagai
berikut :
Pembangunan yang mengandalkan teknologi dan industri dalam mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi seringkali membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup manusia.
Pencemaran lingkungan akan menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup, sehingga akan mengancam kelangsungan makhluk hidup, terutama ketenangan dan ketentraman hidup manusia.
Adanya pengertian dan persepsi yang sama dalam memahami pentingnya lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup manusia akan dapat mengendalikan tindakan dan perilaku manusia untuk lebih mementingkan lingkungan hidup.
Kemauan untuk saling menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup merupakan itikad yang luhur dari dalam diri manusia dalam memandang hakekat dirinya sebagai warga dunia.

B. Saran
Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah Daerah dimana wilayahnya terdapat industri. Pemerintah harus mengawasi pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian

DAFTAR PUSTAKA


Harian Kompas, 18 Pebruari 2003.
Harian Jawa Pos, 28 Desember 2001.
Riyadi, Slamet. 1984. Kesehatan Lingkungan. Surabaya : Karya Anda.
Tanjung, Shalahudin Djalal. 2002. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta. Pusat Studi Lingkungan Hidup. Universitas Gajah Mada.
www.google.co.id/dampak_limbah. Diakses Januari 2008.





MOTTO :



Ilmu lebih baik dari pada harta,
sebab ilmu menjagamu
sedang harta harus kamu jaga.






KATA PENGANTAR


Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberi kita taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Limbah Industri”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Kami menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan makalah ini.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bersusah payah membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini. Semoga semua bantuan dicatat sebagai amal sholeh di hadapan Allah SWT. Amin.


Sidoarjo, Maret 2008

Penulis

Kamis, 28 Mei 2009

Budidaya Jeruk

Perkecambahan Jeruk



PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali
Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk Manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk Sitrun/Lemon (C. medica), jeruk Besar (C.maxima Herr.)
Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit. Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut.
Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor keberhasilan dalam budidaya jeruk adalah bibit. Bibit yang menjadi salah satu faktor penentu karena menurut Ibrahim Hadits (2006) dalam materi kuliah produksi suatu tanaman tidak akan melebihi batas maksimal kemampuan gen untuk berproduksi.
B. Maksud dan Tujuan
Untuk mendapatkan gambaran proses perkecambahan biji jeruk dari mulai semai hingga berkecambah
II. PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM



A. Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung pada obyek yang sedang diteliti.
B. Alat dan Bahan.
• Alat yang digunakan : baki plastik ukuran 30 x 20 cm
• Bahan yang digunakan : biji jeruk, mediasemai ( terdiri dari tanah dan kompos/bahan organik yang telah di komposisikan dengan perbandingan 1 : 1), air
C. Langkah Kerja Pelaksanaan Praktikum
Isilah baki dengan campuran tanah dan kompos tadi hingga mengisi 2/3 bagian baki, kemudian bibislah dengan air hingga cukup lembab, semaikan biji jeruk dengan jarak tanam 2 x 2 cm, simpan ditempat yang terkena sinar matahari tetapi mempunyai naungan. Lakukan pengontrolan setiaphari siram media tanam bila kelihatan kering, dalam artian untuk menjaga kelembaban.
Setelah beberapa hari hitung persentase pertumbuhan biji jeruk, pada umur berapa biji mulai berkecambah dan bagian mana yang lebih dulu tumbuh, kemudian terdapat berapa tunas yang tumbuh.









III. TINJAUAN PUSTAKA



A. Klasifikasi Botani
Jeruk termasuk salah satu jenis tanaman yang polypag dalam artian mempunyai dua kecambah atau lebih yang tumbuh dalam satu biji.
Dalam klasifikasi botani tanaman jejuk sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
Species : Citrus sp.

B. Pengertian Dasar
Tumbuh dalam laboratorium adalah munculnya unsur-unsur utama dari lembaga suatu benih yang diuji, yang menunjukan kemampuan untuk dari tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan benih tersebut.
Persentase daya tumbuh
Persentase daya tumbuh adalah persentase dari benih yang membentuk dari bibit tanaman normal pada lingkungan yang sesuai dalam jangka waktu tertentu.
Unsur utama bibit
Unsur utama bibit adalah struktur bibit yang nantinya akan tumbuh menjadi bagian utama dari tanaman, yaitu terdiri dari akar, kotiledone, batang, titik tumbuh.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Benih memerlukan persyaratan kondisi lingkungan tertentu untuk dapat tumbuh menjadi bibit tanaman yang normal. Persyaratan yang paling penting adalah
Suhu
Suhu yang dikehendaki oleh kebanyakan benih adalah anatara 20 sampai 30 derajat C.
Kelembaban
Kelembaban yang dikehendaki berkisar antara 50 sampai 65 %. Dan kelembaban tersebut harus bisa dipertahankan selama pengamatan berlangsung.
Cahaya
Bagi benih yang mutlak memerlukan cahaya maka intensitas cahaya yang dibutuhkan antara 750 sampai 1.250 lux.
Substran media semai
Syarat untuk media semai
• Tidak beracun bagi tanaman
• Tidak terlalu kasar
• Tidak mengandung cendawan










IV. HASIL PENGAMATAN



Benih berkecambah dari hasil pengamatan sangat pareatif sekali. Benih berkecambah dari mulai hari ke 5 setelah semai hingga yang paling akhir pada hari ke12. dari total 16 biji tanaman jeruk yang disemai terdapat 11 biji yang mampuh berkecambah dan terdapat 5 biji yang tidak berkecambah.
Biji mengeluarkan tunas kecambah dengan jumlah yang berpareatif. Ada yang dua tunas dan ada yang satu. Namun jumlah tunas yang paling banyak keluar adalah dengan dua tunas.
Data hasil pengamatan dari biji tanaman jeruk yang disemai
Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 11 12
Jumlah benih tumbuh 1 2 2 4 2
Total kecambah yang tumbuh 1 3 5 9 11
Persentasi kecambah 6,25 % 18,75 % 31,25 % 56,25 % 68,75 %












V. Kesimpulan


Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Dan termasuk tanaman yang mempunyai biji dengan perkecambahan polypag.
Dari biji-biji yang disemaikan benih mulai berkecambah pada hari ke-5 dan yang paling lambat pada hari ke-12 dengan persentase daya tumbuh 68,75%.






















Daftar Pustaka



1994. PEDOMAN ANALISA MUTU BENIH. Direktorat Jendral Peranian Tanaman Pangan Dan Holtikultura. Direktorat Bina Pertanian. Jakarta.
Budidaya Pertanian JERUK ( Citrus sp. ) Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Jakatra.
Ibrahim Hadits. (2006). Materi kuliah Genetika Dasar. UNIGA. Garut.
PENGERTIAN KONSERVASI DAN RUANG LINGKUP SUMBER DAYA
Pengertian Konservasi 1
Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik (Piagam Burra, 1981). Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara pengawetan (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991). Kegiatan konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan, kawasan itu sendiri mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya (UU No. 24 Tahun 1992). Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Konservasi Sumber Daya Alam di Indonesia
Mulai tahun 1970-an konservasi sumber daya alam di Indonesia berkembang dan memiliki suatu strategi yang bertujuan untuk:
Sumber daya buatan adalah hasil pengembangan buatan dari sumber daya alam hayati atau non hayati yang ditunjuk untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan atau kemampuan daya dukungnya. Pengertian tersebut di atas menggambarkan bahwa sumber daya buatan adalah sumber daya alam yang karena intervensi manusia telah berubah menjadi sumber daya buatan. Bentuk sumber daya buatan ini dapat dilihat pada kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, maupun kawasan cagar alam. Fungsi kawasan-kawasan tersebut dapat sebagai pelindung kelestarian lingkungan hidup, dibudidayakan, permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan manusia dan kesinambungan pembangunan.
Strategi Konservasi Alam Indonesia sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (sekarang UU No. 23 Tahun 1997). Strategi konservasi sumber daya alam disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman kepada para pengelolaan sumber daya alam dalam menggunakan sumber daya alam tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pembangunan. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan lain. Kewenangan lain yang dimaksud meliputi kebijaksanaan tentang antara lain pendayagunaan sumber daya alam serta konservasi. Kebijakan ini dijelaskan lebih lanjut dalam PP No. 25 Tahun 2000 tentang Tugas Pemerintah yang berkaitan dengan konservasi sumber daya hayati


Strategi Konservasi Alam Dunia
Sasaran Strategi Konservasi Dunia adalah untuk mencapai tiga tujuan utama
1. Menjaga berlangsungnya proses ekologis yang esensial
2. Pengawetan keanekaragaman plasma nutfah
3. Menjamin kelestarian pemanfaatan jenis dan ekosistem
Strategi Konservasi Alam Dunia meliputi:
1. Konservasi sumber daya hayati untuk pembangunan berkesinambungan
2. Perlindungan Proses Ekologi yang terutama dan Sistem Penyangga Kehidupan
3. Pengawetan Keanekaragaman Plasma nutfah
4. Pemanfaatan Jenis dan Ekosistem secara lestari
































Metode pengukuran erosi
Berbagai cara pendekatan untuk mengukur besarnya erosi dapat dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran erosi. Metode pengukuran dapat berupa:
1. mengukur seluruh erosi yang terjadi dalam masa yang lama(acumulatid erotion)
2. mengukur pelepasan atau penghancuran agregat tanah.
Mengukur seluruh Erosi atau Accumulated Erosion
Dengan melakukan pemeriksaan atau survai terhadap profil tanah dapat di tentukan berapa tebal yamg hilang. cara ini hanya dapat dilakukan apabila tanah mempunyai horison – horison yang jelas. metode ini dapat juga digunakan untuk menentukan jumlah erosiyang terjadi selama periode waktu tertentu (kohnke dan bertrand, 1959 ).
Besarnya erosi dan pengendapan yang telah terjadi dapat juga ditentukan berdasarkan kandungan fosfat dari lapisan tanah pada kedalaman tertentu . tanah bagian atas biasanya lebih banyak mengandung fosfat tersedia dari pada tanah bagian bawah . bila di peroleh petunjuk bahwa suatu lapisan tanah mempunyai kandungan fosfat relatif tinggi sebelumnya ,tetapi ternyata pada saat pengukuran di lakukan telah menjadi sangat sedikit atautidak aada sama sekali , itu berarti bahwa erosi telah terjadi . sebaliknya bila lapisan tersebut kandungan fosfatnya meningkat bila di bandingkan dengan kondisi alami , itu berarti bahea sedimetasi telah terjadi . metode penentuan erosi ini dapat di gunakan apa bila terdapat perbedaan yang jelas antara kandungan fosfat pada lapisan atas dan lapisan bawah atau bila pemupukan hanya dilakukan pada lapisan olah saja (jung ,1956 dan kuron , 1948 , dalam kohnke dan bertrand ,1959 ).
Dalam hal tertentu dapat di duga melalui jumlah endapan yang terdapat pada bagian bahwa dari suatu daerah aliran sungai (watershed ).
Apabila ” dan pengumpul tanah ” sudah di bangun , maka jumlah endapan dapat di hitung untuk menentukan besarnya erosi .
3. Mengukur erosi yang terjadi untuk satu kejadian hujan.
Untuk tujuan ini dapat di gunakan ;
(A) daerah aliran sungai (water shed)
Mengukur erosi dari daerah aliran sungai (DAS) dapat mendekati keadaan yang sebenarnya serta menghindari kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam metode lain (petak kecil), karena DAS merupakan satu satuan alami aliran permukaan. Daerah aliran sungai adalah daerah drainase dimana semua aliran permukaan dari hujan yang jatuh didaerah itu masuk melalui satu tempat. Untuk mengetahui erosi yang terjadi, besarnya DAS tergantung dari tujuan penelitian itu sendiri (Khonke dan Bertrand, 1959)
Untuk mengukur erosi dari suatu DAS, dilakukan pengukuran debit dan pengambilan contoh air pada suatu tempat, dimana semua aliran permukaan dari DAS tersebut akankeluar. Pengukuran debit menyataka banyaknya air yang keluar dari DAS untuk suatu masa atau waktu tertentu, sedangkan pengambilan contoh air dipergunakan untuk menentukan kandungan Lumpur dan unsure-unsur hara tang terangkut selama waktu yang ditentukan (Borst, Et All, 1945: Hays, et al, 1949; jung, 1956; Kuron, et al, 1956; Smith, et al, 1945; dalam kHonke dan Bertrand, 1959).
(B) Petak kecil.
Petak kecil yang biasanya 4 persegi, dipergunakan untuk mendapatkan besarnya erosi yang disebabkan ileh pengaruh factor-faktor ertentu untuk suatu tipe tanah dan derajat lereng tertentu. Petak yang digunakan umumnya demikian kecilnya sehingga semua aliarn permukaan yang terjadi pada saat hujan dapat ditampung dalam suatu tangki atau bak yang dipasang di ujung bagian bawah pwtak tersebut. Penampang membujur petak percobaan pengukuran erosi dengan menggunakan metode petak kecil tertera pada gambar
Kelemahan dari metode ini adalah
1. Aliran alami dari daerah disekitarnya ditiadakan, dan sering aliran permukaan mengalir pada satu tempat sepanjang sekat-sekat antar plot, sehingga menimbul;kan erosi parit (Gully Erosion)
2. Sesudah terjadi beberapa hujan lebat maka plot-plot akan menjadi lebih redah dari plat seg bak penampung yang di[pasang segaris dengan sudut kemiringan lereng. Meskipun sedikit penurunan ini akan merubah derajat lereng.
3. Oleh karena plot mempunyai ukuran yang kecil, maka pengelolaan tanah dan perlakuan lainnya akan lebih hati- hati dan lebih cermat, sehingga tidak sesuai dengan cara bertani yang biasa dilakukan (Khonke dan Bertran, 1959). Uraian mendetil dari metode petak kecil adalah sebagai berikut.
Lokasi dan ukuran petak.
Lokasi dan ukuran petak lokasi percobaan sebaiknya pada tanah miring yang masih mempunyai solum cukup dalam (0.5m) dan tanah ya seragam . kemiringan tanah sebaiknya hamper seragam .pengukuran kemiringan tanah dilakukan dengan Abney level atau dengan menggunakan metode “differential - leveling “ . jarak horizontal di hitung dengan pytagoras . kemiringan tanah dinyatakan sebagai perbandingan antara jarak vertikal dan jarak horizontal dikalikan dengan 100 %.
Apabila perlakuan yang di cobakan untuk mengetahui pengaruh tanaman setahun, maka panjang lereng adalah 22 m dan lebar 2 m. sedangkan untuk tahunan maka panjang lereng adalah 22 m dan lebar 4 m .
Sebelum percobaan dilakukan dan pada akhir musim hujan perlu di lakukan pengambilan contoh tanah untuk dianalisis . analisis ini meliputi :tekstur , permeabilitas , kecepatan infiltrasi , susunan pori tanah , kandungan bahan organic dan stabilitas agregat tanah.
Penampungan tanah dan aliran permukaa (soil collector).
Penampung tanah dan aliran permukaan adalah bak yang terbuat dari seng yang tebal (BWG 26 atau BWG 24 ) atau plat baja . ukuran bak panjang 2 m, lebar 0,3 m dan tinggi 0,3 pada ujung satu , sedangkan pada ujung yanh lain 0,25 m.
Pada sisi yang menghadap keluar , di buat 5 atau 7 lubang yang letaknya horizontal . lubang yang telah di lengkapi degan corong . dari corong tersebut air yang meluap di salurkan melalui pipa karet atau plastic ke dalam drum penampung , sehingga jumlah air yanh meluap dapat di hitung . drum di perlengkapi dengan tutup.
Bak penampung di tanamkan di ujung bawah pada setiap petak dengan bagian atas setinggi permukatanah petak tersebut .
Alat penakar hujan
Alat penakar hujan ynag digunakan adalah alat pengukur hujan automatic (automatic rain gauge) tipe siphon atau tipe lain yang kertas piasnya dapat diganti setiap hari (24 jam). Kertas pias diganti setiap jam 7.00 pagi.
Cara mengukur aliran permukaan
Untuk mengukur jumlah aliran permukaan diperlukan penakar dan penggaris. Penakar digunakan untuk mengukur banyaknya air dalam bak, sedangkan penggaris digumakan untuk mengukur banyaknya air dalam drum. Pengukuran air dilakukan jam 7.00 pagi .waktu menakar air dalam bak maupun dalam drum di usahakan tanahnya jangan banyak yang terangkut bersama air .
cara perhitungan (dalam keadaan meluap ).
1 Banyaknya air dalam bak penampung , misalnya 100 liter,
2 Banyaknya air dalam drum : tinggi air di ukur dengan penggaris , misalnya 10 cm . jika permukaan drum diameternya = 56 cm, maka luas permukaan drum = 2.500 cm . jadi volume air dalam drum = 10 x 2.500 x 1 cm kubik = 25.000 cm = 25 liter . apabila bak penampung mempumyai 7 lubang , maka jumlah air yang meluap = 7 x 25 liter = 175 liter.jadi jumlah aliran permukaan = 100 + 175 = 275 liter.
Cara mengukur berat tanah .
Untuk mengukur berat tanah tererosi di lakukan 2 tahap : a. menimbang seluruh tanah basah . caranya : tanah dari bak di keluarkan dan di keringkan sehari dalam tampah lalu di timbang . demikian juga tanah dalam drum di ambil dan di keringkan sehari dalam tampah yang lain di timbang , b. pengeringan contoh tanah untuk menghitung berat total tanah kering.
Alat-alat
Alat – alat yang di pergunakan adalah : kantong plastik kecil , tali (benang / rafia), label, timbangan, kompor, oven, dan cawan aluminium.
Caranya
1. tanah dari tampah di aduk aduk dulu kemudian diambil contohnya + 25 gram , masukan ke dalam kantongplastik lalu diikat kuat dan diberi label . dari tiap perlakuan di ambil 2 contoh tanah ;
2. 2 timbangan bobot cawan kosing
3. tanah dr kantong plastik di masukan dalam cawan lalu di timbang ;
4. masukan cawan berisi tanah ke dalam oven
5. panaskan + 3jam (sampai beratnya tetap )
6. setelah pemanasan selesai , cawan berisi tanah di keluarkan lalu di timbang.
Cara perhitungan .
A. berat total tanah basah , misalnya :
1 dari bak 50 kg
2 dari drum = 2 kg . jika bak mempunyai 7 lubang maka jumlah berat tanah yang meluap = 7x 2 kg = 14 kg . jadi berat total tanah basah = 50 = 14 kg = 64 kg.
B. berat contoh tanah basah misalnya 20 gram .
C. berat contoh tanah kering misalnya 10 gram .
Jadi berat total tanah kering :
x A gram = x 64.000 gram = 32.000 gram
pengamatan erosi dan aliran permukaan
pengamatan erosi dan aliran permukaan dilakukan setiap hari hujan. Caranya seperti telah di sebutkan diatas
pengamatan tanaman
selama pertumbuhan, tanaman diamati ;
tinggi tanaman
persentase persentase penutupan tanaman terhadap permukaan tanah. Pengamatan dilakukan setiap satu sampai dua minggu sekali. Pada saat panen, berat bahan himjau dan hasil panen harus ditimbang.

Pertanian dasar

Mengenal ilmu Tanah


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan memperhatikan tanah yang mempunyai sipat tanah yang berbeda yang dapat mempengahi kesuburan tanah, maka kiranya perlu adanya peningkatan pengetahuan dalam upaya mengetahui faktor yang mempengaruhi hal tersebut diatas, karena tanah merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pertanian.

Bayak tanah yang dikelola namun kadang hasilnya kurang memuaskan walaupun dilakukan pengelolaan yang optimal dari segi teknis, dalam hal ini perlu adanya penggakajian dari segi sipat tanah tersebut.

Dan perlu jadi pengkajian juga dari segi keseimbangan usur hara makro dan mikro juga kelangsungan hidup mikro organisme dalam tanah, selain memperhatikan dari segi alami juga ada upaya yang dapat dilakukan dari segi teknis untuk mengetahui tingkat kesuburan dan sipat tanah yaitu dengan pengukuran pH, pengukuran suhu dan mengetahui tekstur tanah, stuktur tanah serta warna tanah.

B. Maksud dan Tujuan.
Tujuan dari praktikum lapangan ini untuk menyatukan antara teori dan keadaan lapangan dalam upaya mengetahui sifat pisik tanah dalam memahami keadaan tanah kalau dilihat dari segi :
1. pH Tanah
2. Suhu Tanah
3. Tekstur Tanah
4. Stuktur Tanah
5. Warna Tanah
Yang mana dari hal tersebut dapat diambil gambaran mengenai keadaan tanah baik dari kesuburan tanah dan sipat tanah.


BAB. II
PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Persiapan Alat Dan Bahan

1. Soil Tester
2. Gelas Ukur
3. Bor Tanah

B. Metode Pelaksanaan
Metode yang dilaksanakan dengan cara langsung mengamati ( Visual obyek ) yang dilakukan melalui pengukuran Ph, suhu dan pengeboran tanah.

C. Langkah Kerja pelaksanaan Praktikum
1. Penentuan Titik penelitian
Titik penelitian dilakukan dengan cara acak dengan kombinasi diagonal (Persegi) dan ada juga dengan cara jigjag. Dalam penentuan titik ini dilakukan berdasarkan keadaan medan lapangan dengan jarak antar titik + 50 - + 30 m

2. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui sipat tanah apakah basa, masam atau netral. Dengan mengetahui Ph banyak hal mamfaat yang akan dipereloh baik untuk pengelolaan berikutnya maupun jenis pupuk yang akan diberikan.
Pengukuran pH dilakukan dengan cara menekan ujung soil Tester Ke dalam Tanah, namun ada hal yang perlu diperhatikan yaitu dalam ujung soil tester perlu selalu bersih baik dari tempelan tanah bekas maupun dari hal lain yang dapat menggangu kerja soil testet.



3. Warna Tanah
Pengambilan sample warna tanah dapat diambil maksimal dari permukaann tanah 20 cm ( top Soil ). Pengamatan warna tanah lakukan untuk mengetahui kesuburan tanah.

4. Suhu Tanah
Suhu tanah dapat diukur dengan menggunakan Thermometer tanah. Pengukuran suhu tanah dapat dilakukan dengan cara menancapkan thermometer kedalam tanah dengan ukuran kedalam minimal 20 cm dari permukaan tanah.

5. Tekstur Tanah
Tekstur tanah dilakukan untuk mengetahui apakah tanah bersipat liat, lempung dan lainnya. Tekstur tanah dapat dilakukan dengan cara meletakan sedikit tanah pada dua jari tangan kemudian dipirit, dengan demikiam akan dapat dirasakan dan di ambil.

6. Komposisi Dominan dalam Tanah
Komposisi Dominan dalam tanah maksudnya adalah apakah tanah tersebut kaya bahan organik atau kandungan lainnya, Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengambil sedikit tahan dari kedalam maksimal 20 Cm atau tanah dari ujung bor, kemudian tanah tersebut di masukan kedalam gelas ukur dengan dicampur air lalu dikocok – kocok hingga mengaduk dan didiamkan dalam waktu tertentu. Alhasil komposisi tanah dapat diketahui.







BAB. III. TINJAUAN PUSTAKA

TANAH
Tanah bagi petani ialah tempat bercocok tanam yang tersusun atas beberapa bagian batuan, mineral, bahan organik yang membusuk atau lapuk pada lapisan atas karena waktu.
mengapa tidak semua tanah dapat ditumbuhi tanaman dengan subur ?karena ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesuburan tanah diantaranya :
A. pH Tanah / derajat keasaman tanah( Potential of Hydrogen)
B. Suhu Tanah
C. Tekstur Tanah
D. Stuktur Tanah
E. Warna Tanah

A. pH Tanah
Sukses dan tidaknya bercocok tanam bergantung pada pH atau derajat keasaman tanah itu sendiri apakah asam atau basa. Bila tanah tersebut terlalu asam atau basa maka tanaman tersebut akan tumbuh kurang sempurna, sekalipun masih bisa saja tumbuh dan menghasilkan
Derajat keasaman itu sendiri terhitung dari mulai angka 1 sampai dengan angka 14. Apabila angka menujukan < 7 maka tanah tersebut asam, tetapi bila angka pada pengukuran menunjukan > 7 maka tanah tersebut basa. Hampir setiap tanaman sangat menyukai keadaan tanah yang netral, yaitu tanah yang memiliki derajat keasaman 7 atau mendekati 7. Tapi tidak semua tanaman menghendaki tanah yang netral ada beberapa jenis tanaman yang menghendaki tanah yang sedikit asam dan ada juga beberapa jenis tanaman yang meng hendaki tanah yang sedikit basa.
Untuk mengusahakan tanah menjadi netral atau setidaknya mendekati netral harus ada beberapa perlakuan, yaitu pengapuran pada tanah asam dan memberikan belerang pada tanah basa.

Aturan pemberian kapur beserta jenis kapur yang tertera pada Soil tester


No pH volume of soil Carbonate of lime per Ha
Ca CO3 (batu gamping) Slaked lime
per Ha
Ca O (kapur sirih) Caustic lime
per Ha
Ca (OH)2 (tepung kapur)
1 4.0 1690 kg 1610 kg 1130 kg
2 4.5 1500 kg 1430 kg 1020 kg
3 5.0 1130 kg 1050 kg 720 kg
4 5.5 750 kg 720 kg 530 kg
5 6.0 380 kg 340 kg 270 kg
6 6.5 sedikit sedikit sedikit
7 7.0 Tidak ada perlakuan Tidak ada perlakuan Tidak ada perlakuan
Beberapa keuntungan memberikan kapur pada tanah asam :
 menaikan derajat keasaman
 struktur tanah menjadi baik dan dampaknya kehidupan mikroorganisme dalam tanah akan lebih giat, dengan demikian proses pelapukan pun akan lebih cepat
 .melarutkan zat-zat yang bersifat racun bagi tanaman dan mengurangi pencucian
 leluasa menanam semua jenis tanaman.

B. Suhu Tanah
Suhu tanah yang dikehendaki oleh tanaman adalah suhu tanah yang optimal yaitu antara 18 C sampai dengan 28 C. suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara dalam tanah oleh akar. Suhu udara dalam tanah akan berubah ia akan ter pengaruh oleh iklim sekitar. Kandungan airpun akan mempengaruhi terhadap tinggi rendahnya angka pada termometer.

C. Tekstur Tanah
Tekstur tanah ialah kandungan pasir, debu dan liat dalam suatu volume tanah.
Terdapat 12 tekstur tanah berdasarkan kandungan pasir, debu dan liat
Tekstur tanah Tanda symbol
1. Pasir
2. Paisr berlempung
3. Lempung
4. Lempung berpasir
5. Lempung berdebu
6. Lempung berliat
7. Lempung liat pasir
8. Lempung liat berdebu
9. Debu
10. Liat
11. Lliat berpasir
12. liat berdebu S
P
L
O
A
E
M
B
U
C
G
D

D. Stuktur Tanah
Struktur tanah yang banyak dikehendaki oleh tanaman ialah tanah yang gembur. Pada struktur tanah ini terdapat ruang pori-pori yang dapat di isi oleh air dan udara yang sangat penting untuk pertumbuhan akar tanaman, keadaan seperti ini juga akan menjadikan temperatur setabil dan dapat memacu pertumbuhan mikro organisme yang membantu proses pelapukan bahan organik.
Struktur tanah yang tidak dikehendaki ialah tanah yang padat. Tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil.Apabila terkena air ia mempunyai banyak kekurangan seperti tanah menjadi liat dan menggumpal, air menggenang hingga tanah menjadi lembab dan peredaran udara yang sangat lambat.kemudian bila tanah ini kering akan menggumpal dan memutus sistem perakaran.

E. Warna Tanah
Warna tanah adalah salah satu indikator kesuburan tanah .dari mulai merah hingga tanah yang hitam. Warna hitam menempati urutan teratas dalam hal kesuburan tanah
BAB. IV. LOKASI PENGAMBILAN SAMPLE DAN HASIL PENELITIAN

A. Likasi pengambilan sample
1) Titik Sample Samarang
Titik sample di Samarang diambil dari tanah yang berada dilokasi kebun bambu dengan pengambilan sample persegi

2) Titik Sample Cikajang
Titik sample di Cikajang diambil dari tanah yang berada dilokasi kebun olahan (Kebun Tanaman Sayuran) dengan pengambilan sample persegi

3) Titik Sample Badega
Titik Sample badega diambil dari gabungan contoh yang komplek.dengan bentuk pengambilan jig-jag. titik pertama dan kedua diambil dari tanah miring pinggir jalan yang penuh dengan ilalang, titik yang kedua diambil dari tanah yang sering kali dipakai untuk berjalan, sedang kan titik keempat dan kelima diambil dari kebun olahan (kebun singkong dan umbi jalar).pengambilan sample yang sangat rumit karena keadaan lahan hingga menghasilkan sample

4) Titik Sample Gunung Gelap
Titik Sample gunung gelap diambil dari lokasi hutan gunung gelap diatas makam Cihideung. Tanah yang kaya akan humus karena bukan tanah olahan. Lokasi inipun sangat sulit dalam pengambilan sample. Karena daerah tersebut masih hutan yang penuh semak, tanah yang miring dan terpotong olen jalan raya Pameungpeuk. Jadi lokasi pengambilan dua titik kami tempatkan disebelah atas jalan dan tiga titik lainnya diselah bawah jalan.

5) Titik Sample Sayang Heulang
Titik Sample Sayang Heulang kami ambil beberapa kilo meter jaraknya dari pantai.

B. Hasil Penelitian
Warna hitam kecoklatan coklat kehitaman kuning kemerahan coklat kemerahan coklat kemerahan
struktur remah gembur remah gembur padat bergumpal padat padat
Tekstur liat berpasir lempung liat lempungberpasir liat berpasir liat berpasir
Suhu 20 28 23 22 28
pH 6.2 6.8 6.5 6.5 6.5
lokasi Samarang Cikajang Badega Gunung Gelap Sayang Heulang

BAB. V. PENUTUP

Kesimpulan

Alhamdilillah kuliah lapangan ini bejalan dengan baik dan memperoleh hasil yang memuaskan dan sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan diadakannya praktikum ini kita dapat membandingkan dan membuktikannya langsung bagaimana subur menurut teori dan subur menurut kenyataan dilapangan. Dan juga kuliah lapangan ini menunjukan kepada mahasiswa bagaimana pentingnya nenjaga dan melestarikan kesuburan tanah secara berkesinambungan demi kepentingan pertanian khususnya dan untuk pepentingan umat manusia lainnya.
Dari hasil kuliah langsung dilapangan serta dengan membandingkan antara teori dan keadaan langsung dilapangan maka kami menyimpulkan bahwa tanah subur itu adalah tanah yang mempunyai kedalaman efektif yang cukup dalam, bertekstur lempung, berstruktur remah, pH netral, terdapat banyak mikroorganisme, mempunyai kandungan unsur hara yang cukup bagi tanaman.

Bertani Bawang Putih

MENGENAL BAWANG PUTIH

A. Riwayat
Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, diantaranya Jepang dan Cina yang beriklim tropis. Dari sini kemudian menyebar keseluruh Asia,Eropa dan akhirnya menyebar keseluruh dunia.
Sejarah penyebaran bawang putih ternyata berkaitan erat denan sejarah perjalanan peradaban dunia yang terkenal. Sebut saja piramid yang beasal dari zaman keemasan Mesir. Disini, bawang putih disajikan sebagai menu utama yang diberikan kepada buruh yang menbangun pramid itu.
Contoh lain, keperkasaan tentara Viking dalam berperang ternyata tidak terlepas dari kebisaaan mereka memakan bawang putih dalam jumlah besar. Dan, banyak lagi sejarah yang berkaitan dengan bawang putih baik secara langsung ataupun secara tidak langsung.
Ke Indonesia bawang putih masuk melalui perdagangan internasional yang sejak berabad-abad lampau meramaikan Bandar-bandar Indonesia. Dimulai dari daerah pesisir, lama-kelamaan masuk ke pedalaman. Dan entah pedagang mana yang pertamakali memperkenalkannya yang kemudian bawang putih hingga kemudian menjadi sangat akrab dengan lidah orang Indonesia.

B. Manfaat
Bawang putih termasuk golongan rempah yang benilai ekonomi tinggi karena memiliki beragam kegunaan. Tidak hanya sebagai tanaman sayuran tetapi sebagai tanaman apotek pun ia masih bisa berperan. Manfaat utama bawang putih adalah sebagai bumbu penyedap masakan yang menjadikan aroma sedap pada masakan dan mengundang selera. Meskipun dibutuhkannya hanya sedikit namun bila masakan tanpa kehadirannya akan terasa hambar.
Selain sebagai bumbu masak bawang putih juga dipercaya sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Secara tradisional, berbagai bangsa didunia telah menggunakan bawang putih dalam berbagia macam ramuan obat. Pemakaiannya sebagian besar masih bersifat empiris. Artinya digunakan secara turun temurun berdasarkan pengalaman belaka.
Dizaman modern bawang putih sudah dibuktikan secara ilmiah. Ternyata, hasiat bawang putih berhubungan erarat dengan zat kimia yang dikandungnya. Beberapa hasil tentang itu sudah dipublikasikan secara meluas.
Meskipun sosok bawang putih tampak sederhana namun didalamnya terkandung bermacam-macam zat kimia yang berkomposisi sedemikian rupa seingga berkhasiat yang berguna bagi manusia.
komposisi kimia bawang putih per 100 gr yang dapat dimakan
Kandungan Jumlah
Air
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Ca
P
K 66.2 - 71.0 gr
95.0 - 122 kal
4.5 - 7.0 gr
0.2 - 0.3 gr
23.1 - 24.6 gr
26.0 - 42.0 mg
15.0 - 109.0 mg
346.0 mg

Selain zat-zat di atas, bawang putih juga mengandung zat-zat kimia lain yang sebagian besar masuk dalam golongan minyak asiri. Sifat minyak asiri ini mudah menguap sehingga sering disebut sebagai minyak terbang atau minyak menguap.
Allicin adalah komponen utama yang berperanan memberi aroma bawang putih dan merupakan salah satu zat aktif yang diduga dapat membunuh kuman-kuman penyakit (bersifat antibakteri). Allicin berperan ganda membunuh bakteri, yaitu bakteri gram positif maupun gram negatif karena mempunyai gugus asam amino para amino benzoate.
Penelitian yang dilakukan oleh pakar Amerika melaporkan bahwa allicin pada bawang putih mampu membunuh mikroba penyebab tuberkulose, difteri, tipoid disentri, dan gonorhoe. Beberapa pakar juga sepakat bahwa penyakit asma, cacingan, dan gatal-gatal dapat ditangkal oleh allicin.
Selain itu, allicin juga dapat membasmi erytococcus neoformans (jamur yang sering menyebabkan meningitis)dan candidas albicans (jamur penyebab infeksi di vagina manusia).
Dilaporkan pula, menu bawang putih dapat mengatasi influenza, letih, dan sulit tidur karena bawang putih efektif dalam mengompensasi (mengganti) kekurangan vitamin C.
Scordinin berupa senyawa kompleks thioglosida yang berfungsi sebagai anti oksidan . senyawa inilah yang berperan sebagai obat kuat guna membangkitkan gairah seksual dan merangsang pertumbuhan sel.hal ini didukung oleh sebuah penelitian yang membuktikan bahwa bawang putih dapat meningkatkan produksi sperma dan mencegah karusakan sel tubuh yang diakibatkan oleh proses penuaan.
Senyawa lain yang terdapat pada bawang putih adalah allithiamin.senyawa ini merupakan thiamin dan dapat bereaksi dengan sistein. Fungsi senyawa ini hampir sama dengan vitamin B1 sehingga dikenal sebagai vitamin B1 bawang putih.
Salah satu hasil penelitian bahwa bawang putih dapat mengobati penyakit jantung koroner.penyakit jantung yang kini banyak dihebohkan itu disebabkan oleh tinngginya kolesterol dalam darah. Pencegahan dan pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan bawang putih dalam diet penderita. Hal ini membuktikan anti kolesterol bahwa bawang putih berkhasiat sebagai antikolesterol .Tidak aneh,karena pada suatu penelitian di jepang di temukan bahwa bawang putih mampu meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein ) dalam yang mengusir kolesterol .
Kabar gembira bagi para penderita diabetes melittus (kadar glukosa darah melebihi normal atau penyakit kencing manis) karena bawang putih ternyata juga dapat menurunkan kadar glukosa darah . Meskipun demikian orang sehat tidak perlu tidak perlu khawatir makan bawang putih karena pada keadaan tubuh normal tidak menimbulkan efek negatif.
Tak kalah pentingnya adalah laporan penelitian dari Jepang, Italia, dan India yang menyebutkan bahwa bawang putih berkhasiat menghidarkan kanker. Pemakaian bawang putih secara kontinu dalam makanan ternyata dapat menurunkan frekuensi serangan kanker. Hal ini berkaitan dengan suatu komponen yang ditemukan pada bawang putih, yaitu sterol dan steroida-glikosida. Sterol bawang putih terdiri dari kolesterol, kampesterol, beta-sisterol, stigmasterol, dan braksikosterol. Sedangkan yang termasuk steroida-glikosida antara lain; saponin yang berkhasiat sebagai antitumor, anti hemolisis, dan penawar racun.
Zat-zat lain yang ditemukan dan berkhasiat sebagai obat antara lain selenium (mikromineral penting yang berfungsi sebagai antioksidan), enzim garmanium (suatu zat yang mencegah rusaknya darah merah), antiarthritic factor (suatu zat yang mencegah rusaknya persendian), dan methylallyl trisulfide (zat yang mencegah terjadinya perlengketan sel-sel darah merah).
Walaupun sudah demikian banyak penelitian yang dilakukan untuk mengungkap rahasia dan khasiat bawang putih, namun tetap belum tuntas. Bawang putih harus melewati berbagai uji labolatorium, uji klinis, serta uji dampak negatif untuk melengkapinya. Masih diperlukan waktu cukup lama untuk menyelesaikan penelitian itu guna memasukkan bawang putih sebagai preparat obat.

C. Botani
Tanaman bawang putih adalah tanaman berbentuk rumput. Daunnya panjang berbentuk pipih (tidak berlubang). Helai daun seperti pita dan melipat kearah panjang dengan membuat sudut pada permukaan bawahnya. Kelopak daun kuat, tipis, dan membungkus kelopak daun yang lebih muda sehingga membentuk batang semu yang tersembul keluar. Bunganya hanya sebagian keluar atau sama sekali tidak keluar sudah gagal tumbuh pada waktu masih berupa tunas bunga.
Beberapa jenis bawang putih mempunyai tangkai bunga yang begitu pendek. Pada bagian bunganya berbentuk umbi yang tumbuh sehingga terjadi bengkakan di batang semu dan terlihat seperti “bunting”. Umbi seperti ini mengganggu perkembangan umbi yang sebenarnya mempersulit pemanenan karena mengerasnya batang semu. Umbi sekunder ini bila ditanam juga dapat menghasilkan, namun memerlukan waktu sekitar 2 tahun untuk menghasilkan umbi yang normal dan hasilnya tidak sebanyak penanaman umbi yang normal.
Tidak seperti jenis bawang lainnya, pangkal daun bawang putih tidak menyimpan makanan melainkan berbentuk sisik-sisik yang mengering dan menipis apabila telah dewasa. Organ penyimpanannya terdapat pada suing, yaitu tunas-tunas ujung dari daun. Suing-siung ini akan terus hidup setelah bawang putih masak, sedangkan batang sejati dan daun akan mati. Siung-siung inilah yang akan membentuk umbi normal. Siung bawang putih terdiri dari dua bagian, yaitu daun dewasa dan satu tunas negatif. Bagian luar dari daun adalah daun pelindung berupa seludang silindris dengan satu lubang kecil pada ujungnya sebagai jalan keluar tunas negatif untuk menjadi tanaman baru. Seludang ini mempunyai lapis permukaan seperti serat yang berguna untuk melindungi seluruh siung. Setelah matang lapisan serat tersebut menjadi kering, tipis, dan mati. Di dalam daun pelindung terdapat daun penyimpanan dari siung dan merupakan bagian terbesar dari siung.
Tunas vegetatif berupa beberapa daun yang sangat kecil terdapat di dalam dan di bawah daun penyimpan. Tunas vegetatif ini akan membentuk batang rudimenter yang berbentuk cakram. Di tengah cakram tersebut terdapat titik tumbuh yang dilindungi daun penyimpan.
Ada satu jenis bawang putih yang memiliki struktur umbi yang berbeda. Jenis tersebut hanya memiliki satu umbi yang utuh dan sering disebut bawang lanang. Sebenarnya bawang seperti itu adalah umbi yang bermodifikasi karena lingkungan penanaman tidak cocok. Tanaman ini hanya mampu membentuk tunas utama di tajuknya, membentuk umbi yang utuh kecil. Tunas utama ini tumbuh dominan dan menekan pembentukan tunas-tunas bakal siung. Daun-daun yang berfungsi sebagai pembungkus siung-siung akhirnya menjadi pembungkus umbi utuh sehingga kulit luar umbi utuh tebal dari pada kulit luar umbi yang bersiung.
Jenis bawang lanang dapat dijadikan bibit untuk mendapatkan bawang normal, asal tempat penanamannya sesuai dengan yang dikehendaki. Bawang normal yang dikehendaki akan muncul paling tidak setelah dua kali penanaman tidak berpindah ke lingkungan yang akan lebih cocok, maka jenis yang akan dihasilkan tetap akan berumbi utuh (bawang lanang).


2. PELUANG BISNIS BAWANG
Bawang putih merupakan salah satu komoditi yang menggiurkan untuk diusahakan. Menurut perhitungan seorang petani bawang putih dataran rendah di Yogyakarta pada tahun 1990, dengan modal sekitar 4,3 juta rupiah dalam waktu 3-4 bulan akan dikantongi laba sebesar 7 juta rupiah sekali panen. Belum lagi tambahan keuntungan bila ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain yang juga menguntungkan, misalnya tebu.
Dengan keuntungan seperti itu sebenarnya sudah banyak petani yang mengusahakan bawang putih sehingga produksi didalam negri meningkat. Namun, peningkatan produksi tersebut ternyata belum dapat memenuhi permintaan masyarakat.
Banjirnya permintaan akan bawangputih kemungkinan disebabkan oleh gencarnya promosi tentang berbagai kegunaan bawang putih disamping kegunaan utamanya sebagai bumbu masak. Dampaknya, dimasa mendatang pun diperkirakan permintaan bawang putih terus meningkat
Selama ini untuk memenihi kebutuhan bawang putih pemerintah masih mengandalkan import. Meskipum pemerintah sudah berusaha mengurangi import, nyatanya nilai import bawang putih masih sangat besar. Artinya, pemerintah kehilangan banyak devisa sebesar nilai import bawang putih tersebut.
Pemasok bawang putih ke Indonesia yang pertama dan tetap terbesar hingga kini adalah Cina, menyusul kemidian Jepang, Taiwan, dan Vietnam. Argentina, Singapur, Thailand, dan Filipina, dulu pernah menjadi pemasok, tetapi sejak tahun 1989 indonesia tidak lagi mengimport dari mereka.
Sebenarnya kebijaksanaan pmerintah mengurangi import bawang putih bertujuan menggairahkan petani untuk menanamnya. Akan tetapi, karena permintaan masih belum trpenuhi oleh produkksi dalam negri, maka banyak terjadi penyelundupan. Akibatnya petani terpukul oleh harga bawang putih selundupan yang jauh lebih murah dari harga bawang putih lokal.
Salah satu jalan untuk mengatasi penyelundupan dan ketergantungan import bawang putih adalah dengan berswasembada. Usaha itu dapat berhasil bila areal penanamannya diperluas.
Asa suatu kendala dalam perluasan areal bawaang putih, yaitu keterbatasan arel yang cocok dengan syarat hidupnya. Kebanyakan varietas bawang putih yang ada merupakan varietas dataran tinggi sesuai dengan daerah asalnya, yaitu daerah subtropis. Itulah sebabnya pengembangan bawang putih variets dataran rendah sangat menggembirakan petani.
Untuk menunjang keberhasilan pengembangan bawang pitih varietas dataran rendah, diperlukan kesungguhan dan ketelatenan serta penerapan teknik budidaya untuk varietas dataran tinggi.
Berkat perluasan areal dan kesungguhan petani bawang putih, baik didataran tinggi dan dataran rendah, telah dihasilkan bawang putih yang memadai untuk dieksport. Meskipun nilainya masih lebih kecil disbanding import, tetapi cukup menggembirakan. Perkembanan eksport bawang putih selama lima tahun terakhir.
Negara yang bersedia menerima bawang putih Indonesia baru Negara tetangga terdekat, yaitu Malaysia dan singapura. Itupun dengan harga setengah lebih rendah dari harga bawang putih dari negra lain. Namun dengan peningkatan mutu dan rutinitas yang terjamin diharapkan Indonesia lebih mampu menembus pasar internasional.
Setelah produksi diperbaiki, tata niaga bawang putih didalam negeripun harus mendapat giliran untuk dibenahi. Selama ini petani produsen mendapat keuntungan yang relatif sangat kecil dibanding pedagang. Ini disebabkan panjangnya rantai tata niaga yang harus ditempuh dari sentra produksi hingga ketangan konsumen.
Sudah waktunya pemerintah mengatur tata niaga bawang putih lokal misalnya melalui KUD. Dengan demikian, transaksi tidak hanya dikuasai oleh para tengkulak dan menjadi lebih efisien. Dengan tata niaga yang efisien diharapkan petani mendapat keuntungan yang tidak terpaut terlalu jauh disbanding pedagang.


3. BUDIDAYA BAWANG PUTIH DATARAN RENDAH
A. Pemilihan varietas dan lokasi
1) Pemilihan varietas
Varietas bawang putih pertama yang ditanam di Indonesia adalah varietas yang membuuhkan iklim subtropics seperti daerah asalnya. Varietas tersebut dicoba ditanam didaerah yang mendekati iklim subtropics, yaitu didataran tinggi. Setelah ditanam turun temurun ternyata hasilnya tidak mengecewakan.
Masalah kembali timbul karena lahan didataran tinggi terbatas luasnya. Kemudian petani didataran rendah mencoba menanam bawang putih dilahannya. Ternyata ada beberapa varietas yang mampu beradaptasi dengan kondidi lahan dataran rendah.
Dari berbagai varietas yang ditanam di Indonesia, ada tiga yang telah dikenal unggul dan disertifikasi, yaitu Lumbu Hijau dan Lumbu Kuning untuk lahan dataran tinggi serta Lumbu Putih untuk lahan dataran rendah.varietas lainnya merupakan modifikasi dari ketiganya dan diberi nama sesuai dengan daerah asal penanamannya. Selain Lumbu Putih, varietas lain yang bisaa ditanam didataran rendah adalah Jatibarang, Bagor, Sanur, Sumbawa, Layur, dan Obleg.
Khusus untuk lahan didataran rendah, varietas Lumbu Putih memang primadonanya. Meskipun potensi produksinya terlihat lebih kecil disbanding berbagai varietas yang bisaa ditanam di dataran rendah, teapi sangat luwes terhadap iklim dan keragaman lahan dataran rendah. Itulah sebabnya mengapa variets ini lebih disukai oleh petani.
Lumbu Putih dahulu bernama bawang suren karena pertama kali dikembangkan didesa Suren, Logandeng, Payen, Gunung Kidul. Setelah disertifikasi, berdasarkan SK menteri pertanian no. 273 / KPTS/TP/200/4/1988, diberi nama lumbu putih.

Pemilihan lokasi
Ketinggian tempat untuk bawang putih jenis dataran rendah adalah 6-700 m DPL dengan curah hujan antara 100 – 200 mm / bulan . curah hujan yang terlalu rendah dari itu akan mengganggu pertumbuhan , sebaliknya curah hujan yang terlalu tinggi akan menyebabkan tanaman busuk .
Suhu yang di inginkan antara 15- 26 C . Pada temperatur yang terlalu tinggi umbi tidak berkembang sempurna atau malah tidak dapat membentuk umbi. Sebaliknya jika suhu terlalu rendah , tanaman mudah terserang frost.
Tanah yang baik untuk petumbuhannya ialah tanah berlempung atau berpasir ringan , berstruktur gembur , kaya bahan organik, serta bersifat porous. Di lahan yang terlalu banyak kandungan pasirnya umbi akan cepat masak , kulit luar menipis, dan siungnya mudah pecah (mudah rontok). sebaliknya ditanah yang mempunyai kandungan liat tinggi pertumbuhannya akan terhambat.
Usaha peningkatan produksi bawang putih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi. Berkaitan dengan ekstensifikasi maka perlu dipertimbangkan kearah mana pengembangannya. Di P. Jawa pengembangannya dapat dilakukan ke daerah-daerah yang areal bawang putihnya masih sedikit atau yang sama sekali belum ada arealnya.

B. Bibit
Keberhasilan usaha tani bawang putih sangat ditunjang oleh factor bibit karena produksinya tergantung dari mutu bibit yang digunakan. Umbi yang digunakan sebagai bibit harus bermutu tinggi, berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal, sehat, serta bebas dari hama dan pathogen.
1) Mengusahakan bibit sendiri
Bagi untuk mengusahakan bibit sendiri sebaiknya disediakan lokasi khusus, tidak di campur dengan bawang putih untuk konsumsi, agar pengelolaannya lebih mudah.
Jaraktanam untuk pertanaman bibit sebaiknya berukuran 10 x10 cm. apabila jarak tanamnya terlalu rapat, dapat menyebabkan tanaman mudah rebah dan daun serta umbnya kecil.
Pemberin pupuk setengah dari kebutuhan untuk komersial. Waktu tanam diatur agar waktu panen jatuh pada musim kering dan sedikit lebih tua disbanding bawang putih konsumsi.

Pengeringan umbi bibit
Bibit bawang putih dianggap telah memenuhi syarat/kriteria kering apabila telah mengalami proses kering gudang. Proses kering gudang adalah hasil panen yang telah mengalami masa penjemuran selama 10-12 hari ditempat yang teduh, kemudian dikering anginkan selama 5-15 hari ditempat yang teduh dan terbuka. Bibit bawang putih yang telah kering gudang daunnya berubah menjadi putih kekuning-kuningan dan pangkal batang nya tidak lagi berwarna hijau. Siung paling luar tampak kering sehingga mudah dikupas.

Penyimpanan bibit
sebelum umbi bibit dimasukan kedalam gudang, gudang penyimpanan harus bebas dari hama dan penyakit serta pentilasinya baik intuk mencegah agar bibit tidak terinfeksi oleh penyakit dan menghindarkannya dari telur atau hama yang terbawa sebelumnya , maka sebaiknya bibit di fumigasi dalam ruang tertutup dengan menggunakan methyl bromide atau phostoxin. Jika pumigasi sulit dilakukan, bisa juga dilakukan penyemprotan atau pencelupan dengan larutan insektisida. Insektisida yang dapat digunakan antara lain Lannate 25 WP. Insektisida ini terlebih dahulu dicampur dengan air sebelum digunakan. Konsentrasi formulasi yang digunakan adalah 1,5-3g/1 air. Bibit yang akan disimpan disemprot atau dicelupkan ke dalam larutan tadi, kemudian dikeringanginkan. Di dalam gudang, bibit disimpan dengan cara digantungkan di atas para-para. Bibit bawang putih dapat disimpan selama 4-8 bulan.
Jika dijumpai bibit yang busuk atau terserang hama, segera dikeluarkan kemudian dilakukan penyemprotan lagi.
penjualan bibit
bibit yang akan dijual harus memiliki mutu yang baik. Jika tidak, akan kalah bersaing di pasaran. Di Indonesia bibit bawang putih umumnya diproduksi oleh penangkar bibit.Namun, ada pula petani yang memproduksi bibit, sebagian ditanam untuk konsumsi dan sebagian lagi dijual ke petani lain dalam jumlah yang relatif kecil.
Saat ini sudah banyak bibit bawang putih yang diperjual-belikan, tetapi tidak semua bibit tersebut dapat dijamin kualitasnya. Oleh sebab itu, sebaiknya membeli bibit yang bersertifikat karena kualitasnya terjamin. Jaminan kualitas yang dimaksud bersifat unggul dan memperlihatkan ciri bibit yang baik
Ukuran umbi yang umum digunakan adalah ukuran kecil dan sedang dengan rata-rata ukuran 0,5- 1,5 g tiap siung. Dan masihh dalam bentuk umbi . umbi-umbi baru boleh dipecah bila 1-2 hari sebelum tanam. Apabila umbi dipecah jauh sebelum tanam akan mengakibatkan penurunan daya tumbuh.
Untuk memudaahkan pemecahan umbi dijemur beberapa jam. Selain untuk memudahkan pemeecaha umbi yang dijemur akan lebih tahan penyakait ketika telah masuk ke lapangan.
Umbi yang bagus adalah yang telah disimpan selama 7-9 bulan, pada umur penyimpanan tersebut apabila siung dipatahkan akan terlihat tunas yang panjang melebihi setengah siungnya.

2) Kebutuhan bibit
Kebutuhan bibit per ha relatif sekali namun untuk jarak tanam 10x15 cm bibit yang dibutuhkan + 1,5 ton bibit. ditambah dengan bibit yang harus dipersiapkan untuk sulaman, bila diperkirakan daya tumbuh 80 % maka kebutuhan untuk sulaman + 0,3 ton. Jadi total kebutuhan bibit per ha + 1,8 ton.

C. Pengolahan Tanah
Secara garis besar pengolahan yanah meliputi penggemburan (dicangkul/di bajak),pembuatan bedengan dengan saluran air, pengapuran untuk tanah asam dan pemberian pupukdasar

1) Penggemburan
Penggemburan tanah bisa dilakukan atau dengan menggunakan mesin traktor. Pada awalnya tanah di cangkul atau di singkal sedalam 30 cm, hasilknuya dalam bentuk bongkahan, tanah dalam bentuk bongkahan dibiarkan hingga tanah benar benar kering, setelah beberapa hari tanah diolah kembali hingga tanah menjadi gembur.

2) Pembuatan bedengan dan saluran air
Setelah tanah digemburkan kemudian dibuat bedengan dengan ukuran panjang tergantung lokasi, lebar bedengan 80 cm,lebar parit 40 cm dan tinggi parit 40 cm.

3) Pengapuran
Keasaman yang ideal untuk tanaman bawang putih antara pH 6-6,8. pemberian kapur dilakukan apabila pH tanah kurang dari idealnya. Pengapuran dilakun jauh sebelum penanaman, karena tanaman bawang putih peka terhadap kapur. Baiknya dilakuka pada 2-4 MG sebelum tanam dan pada saat tidak terjadi hujan

4) Pemberian Pupuk Dasar
Pemberian pupuk dasar dengan cara ditanam di samping barisan tanam, dan pupuk yang di berikan adalah
Jenis pupuk Kebutuhan /ha
PPK kandang
Urea
TSP
ZK 20 ton
200 Kg
130 kg
200 kg

D. Penanaman
1) Waktu tanam
Waktu yang baik adalah pada saat bulan April Mei . hal ini dimaksudkan agar pada saat sebelum musim hujan tiba bawang sudah dapat dipanen.

2) Cara dan jarak tanam
Sehari sebelum tanam, umbi dipipil hingga menjadi siung-siung. Bibit kemudian dimasukan kedalan lubang tanam diatas bedengan sedalam dua pertiga bagian dengan posisi tegak . Setelah semua bibit tertanam kemudian ditutup dengan jerami dengan tujuan mempertahankan kelembaban tanah.

3) Mengusahakan bawang putih diluar musim tanam
Mengusahakan bawang putih diluar musim tanam tujuannya untuk menyediakan kebutuhan bawang putih diluar musim dengan harapah agar padasaat kita panen harga sudah mulai tinggi.
Semua cara dari A sampai Z sama dengan cara yang biasa namun yang membedakan nya adalah dari bedengan yang lebih sempit dan interval penyemprotan yang lebih sering, karena dilakukan pada musim hujan, hama dan penyakit akan sangat mudah sekali menyerang.

4) Pola tanam
Keberhasilan budidaya bawang putih tegantung pada pengaturan pola tanam, hal ini akan menentukan waktu panen, pemasaran hasil dan juga hasil produksi.
Penanaman dalam setahun dapat dilakukan satu atau dua kali dengan mengadakan penyesuaian varietas. Pola tanam dapat lakukan dengan beberapa cara
- bawang putih - sayuran - bawang putih
- bawang putih - sayuran tumpangsari - bawang putih
- bawang putih tumpang sari palawija/sayuran

E. Pemeliharaan
1) pemberian air
Bawang putih memiliki perakaran rendah, tidak menghendaki keadaan tanah becek dan terlalu lembab. Penyiraman bisa dilakukan dengan menggunakan gebor atau dengan menggenagi paritnya (system leb).
Pada awal tanam penyiramnan dilakukan setiap hari. Kemudian frekuensi penyiraman dijarangkan menjadi seminggu sekali. Penyiraman dihentikan apabila tanaman sudah berumur 3 bulan atau sudah mendekatui panen.

2) Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada saat seminggu setelah tanam hal ini dimaksudkan agar perrtumbujhannya tetap seragam. Bibit yang digunakan adalah bibit yang ditanam bersaman tetapi ditempat yang tempat khusus atau pada saat tanam disisipkan tetapi dengan tujuan agar bibit yang baru saja ditanam sebagai pengganti mempunyai umur dan besar yang sama.

3) penyiangan dan penggemburan
Penggemburan tanah bisa dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Selama satu kali musim tanam dilakukan 3 kali.

4) pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada saat tanam (pupuk dasar) dan sesudah tanam (pupuk susulan)
Jenis pupuk Kebutuhan /ha
Urea
TSP
ZK 400 Kg
130 kg
200 kg
Sebagai pupuk dasar pupuk dasar TSP, ZK ditambah dengan urea ½ dari dosis, diberikan pada saat tanam dibenamkan dalam larikan. ½ dosis dari urea diberikan 1 bulan kemudian sebagai pupuk susulan.


4. HAMA DAN PENYAKIT
Bawang putih dari muali dari bibit hingga panen sampai ke penyimpanan tidak luput dari pengejaran hama dan penyakit. Hal ini harus segera dilakukan pengendalian, bila titak akan mempengaruhi pada hasil produksi.
A. Hama
1) Thrips
2) Ulat daun
3) Ulat grayak
4) Agrotis interjectionis Gn
5) Nematoda akar
Untuk pengendalian, apabila masih dibawan ambang ekonomi bisa menggunakan mekanis tapi apabila melebihi ambang ekonomi pengendalian bisa menggunakan kimia (Pestisida).
Untuk hama jenis insek bisa menggunakan pestisida jenis insektisida, untuk hama dari jenis cacing menggunakan pestisida jenis nematisida, kemudian untuk hama sejenis tungau pengendalian menggunakan pestisida jenis akarisida.

B. Penyakit
1) bercak ungu
2) embun bulu
3) busuk pusarium
Untuk pengendalian, apabila masih dibawan ambang ekonomi bisa menggunakan mekanis misalnya dengan membuang tanaman yang terserang, tapi apabila melebihi ambang ekonomi pengendalian bisa menggunakan kimia (Pestisida).
pengendalian dan pencegahan penyakit pada tanaman bawang putih secara kimia menggunakan pestisida jenis fungisida.


5. PANEN DAN PASCA PANEN
Produksi rata-rata per ha mencapai + 6 ton. Penanganan panen dan pasca panen bawang putih harus dilakukan secara teliti. kecerobohan dalam panen akan mengakibatkan kerusakan pada umbi-umbi bawang putih hingga dapat menurunkan kualitas produk dan akan menurunkan nilai jual.



A. Waktu Dan Cara Panen
Umur panen ditentukan oleh varietas dan kesuburan tanah. Pedoman umum yang digunakan untuk pemanenan adalah apabila 90 % dari daun-daunnya telah menguning atau kering dan semua pangkal batang lemas atau roboh. Terlambat atau terlalu cepat pemanenan akan menurunkan kualitas mutu. Terlambat panen mengakibatkan batang semu nenjadi kering dan susah dicabut kemudian umbi akan retak-retak. Tapi apabila panen terlalu muda umbi akan keriput, tidak licin dan dagingnya akan lunak bila dikeringkan.
Pemanenan dalakukan dengan cara mencabut semua tanaman. Setelah pemanenan dilakukan. Umbi dibersihkan dari kotoran yang menempel kemudian di ikat untuk di keringkan.

B. Pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk menjaga kerusakan yang diakibatka oleh cendawan. Proses pengeringan bisa dilakukan dengan 2 cara

1) pengeringan dengan sinar matahari
Umbi bawang putih sangat peka terhadap sinar matahari, makanya penjemuran harus ditutup dengan daun. Apabila hari bagus proses penjemuran bisa berlangsung hanya 3-4 hari.

2) Pengeringan dengan pengasapan
Cara ini dilakulkan di saturuangan khusus atau di dapur yang dipasang para-para dan jendela pentilasi dan sebuah thermometer. Suhu ruangan di atur dan terus dikontrol. Suhi ruangan harus berkisar antara 34 -35 C. panas ruangan didapatkan dari kayu yang dibakar didalam tungku, apabila suhu melebihi 35 C pentilasi segera dibuka. Pengeringan dengan cara ini membutuhkan waktu 12 jam.

C. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan dalam satuan kelompok berdasarkan ukuran dan mutunya. Hal ini dilakuka untuk memudahkan penentuan harga jual dan meningkatakan nilai jual.
Berdasarkan ukuran, umbi dikelompokan menjadi beberapa kelompok
- kelas A : umbi yang diameternya lebih dari 4 cm
- kelas B : umbi yang diameternya antara 3 – 4 cm
- kelas C : umbi yang diameternya antara 2 – 3 cm
- kelas D : umbi yang kecil, pecah dan rusak.

D. Penyiapan
Bawang putih yang sudah di keringkan bisaanya petani langsung menasarkannya, tapi bila petani ingin menjualnya ketika harga bawang putih sedang diatas. Untuk itu perlu cara penyimpanan yang baik.
Bila dalam jumlah kecil bawang putih di simpan di atas para para dapur. Bawang putih yang telah diikat + 2kg di gantungkan pada sebatang bambu. Cara seperti ini mempunyai nilai plus selain peng efisiensian tempat pengasapan juga akan menjadikan umbi bawang putih lebih lama bertahan.
Bila dalam jumlah banyak penyimpanan perlu tempat khusus dengan suhu dan kelembaban yang terjaga. Suhu yang diperlukan antara 25 -30 C, bila suhu terlalu tinggi proses pertunasan akan cepat terjadi. Kelembaban antara 60 -70 %, bila terlalu lembab umbi akan cepat terserang penyakit. Dalam ruangan umbi disimpan dalam karung. Jika penyimpanan baik umbi dapat bertahan hingga 6 bulan.

E. Pengolahan
Selain dikonsumsi dalam bentuk umbi atau siung namun bawang putih juga dapat dikonsumsi dalam bentuk lain.

1) acar bawang putih dalam botol
langkah pertama mengolah bawang putih menjadi acar. Dimulai dari pengupasan siung-siung bawang putih yang tidak cacad lalu kemudian dicuci sampai bersih.
Selanjutnya diblansir selama 1,5 menit, dengan tujuan untuk membunuh jasad renik dan juga mematuikan berbagai enzim yang akan mengakibatkan bawang putih berubah rasa dan warna sehingga bawang putih menjadi jauh dari menarik kemudian dimasukan kedalam botol yang telah steril (dikukus satu jam setelah air mendidih). Dan dituangi larutan bumbu yang telah mendidih kemudian ditutup rapat. Terakhir, botol dipasturisasi selama 30 menit terhitung sejak air mendidih .
Bumbu yang digunakan berupa campuran garam gula pasir dan cuka yang dilarutkan kedalam air mendidih dengan ukuran dan takaran tertentu (tergantung selera).
Ukuran kepekatan media akan menentukan acar yang dihasilkan. Apabila terlalu pekat bawang putih akan berkeriput dan terlihat tidak menarik.

2) tepung bawang putih
Pembuatannya dimulai dari pengupasan kulit bawang putih kemudian dicuci bersih. Lalu diiris tipis-tipis dengan pisau tahan karat dan selanjutnya diblansir. Setelah diblansir, irisan bawang putih ditiriskan dan didinginkan diatas tampah bambu kemudian dijemur disinar matahari. Irisan sudah kering bila telah terdengar gemerisik bila disentuh tangan dan selanjutnya irisan ditumbuk hingga halus dan bawang siap digunakan.


6. PEMASARAN BAWANG PUTIH
A. Bentuk penjualan
Secara umum petani menjualnya dalam bentuk sayur (muda), basah (segar), kering konsumsi dan bibit.
1) Penjualan dalam bentuk sayur
Penjualan dalam bentuk sayur jarang dilakukan dalam keadaan terdesak seperti adanya permintaan dari pedagang serta pertimbangan cuaca yang tidak memungkinkan.
2) Penjualan dalam bentuk basah
Dalam bentuk ini, panen bawang putih dilakukan pada umur yang cukup tua, tergantung jenis atau varietasnya. Umbi yang telah dipanen hanya dijemur 2-3 hari, kemudian diikat dalam ikatan besar. Penyusutan yang terjadi mencapai 40 % dari berat saat panen.

3) Penjualan dalam bentuk kering konsumsi
penjualan dalam bentuk ini paling banyak dilakukan petani karena lebih menguntungkan. Perlakuan tambahan dilakukan dengan menambah waktu jemur selama 7-12 hari, setelah itu diikat dan disimpan digudang yang kering selama 2 bulan. Penyusutan yang terjadi sekitar 50-55 % dari berat saat panen atau 30-40 % dari berat basah.

4) Penjualan dalam bentuk bibit
Agar dapat dijual sebagai bibit, panen bawang putih dilakukan 10 hari lebih tua dari bisaanya. Hasil panen kemudian dijemur selama 15 hari, lalu diikat dan disimpan. Penyimpanan dilakukan selama 5 bulan, setelah itu bawang siap dijadikan bibit. Penyusutan yang terjadi mencapai sekitar 65 % dari berat saat panen.

B. Tata niaga
Perjalanan bawang putih lokal dari sentra produksi sampai ke tangan konsumen tidak jauh berbeda dengan jalur pemasaran sayuran rempah lainnya. Hanya saja, pada bawang putih lokal terdapat sedikit perlakuan istimewa,yaitu proteksi pemerintahan yang membatasi impor bawang putih. Maksud proteksi ini adalah untuk melindungi kestabilan harga bawang putih lokal akibat masuknya bawang putih impor.

1) Tata niaga bawang putih lokal
Dari sentra produksi, bawang putih lokal di bawa petani ke tempat masing-masing untuk dipilih-pilah menjadi empat standar mutu, yaitu A, B, C dan D. bawang putih yang telah disortir kemudian di bawa ke pasar penampungan yang terdekat.
Dipasar penampungan sudah menunggu para pedagang pengumpul yang ingin membeli hasil panen bawang putih kering dari petani. Pedagang pengumpul bermodal besar bisaanya menguasai transaksi sehingga mereka bisaa dengan mudah mendapatkan bawang putih yang bermutu A dan B. sedangkan yang bermodal kecil yang ikut mengadu untung bisaanya hanya mendapatkan sisanya.
Bawang putih yang dijual dari petani bisaanya menggunakan satuan berat, kecuali ditawangmangu. Di daerah itu petani menjual dalam satuan umbi karena bawang putihnya memiliki sosok yang cukup besar, tetapi berbobot ringan.
Dari pedagang pengumpul, bawang putih dengan cepat berpindah tangan ke pedagamg besar. Pedagang besar meneruskan ke pedagang antar kota yang akan membawa bawang putih ke pusat-pusat penampungan sayuran di kota, misalnya pasar Induk Sayur-Mayur Kramati Jati, Jakarta.
Di pisat penampungan sayuran di kota, bawang putih di terima oleh pedagang grosir. Selanjutnya, pedagang grosir menjual bawang putih ke pedagang pengecer yang akan memasarkan langsung ke konsumen.
Secara nyata, jalur tata niaga ini berjalan dengan luwes. Di sentra produksi, pedagang pengumpul dapat langsung menjual ke pedagang antar kota atau pedagang grosir kota. Dapat pula terjadi seorang pedagang grosir kota juga berperan sebagai pedagang grosir dan sebagainya. Begitu pula di kota, pedagang grosir dapat bertindak sebagai pengecer karena berhubungan langsung dengan konsumen. Satu halyang perlu diperhatikan adalah bahwa peran pedagang daerah bisaanya terhenti sampai pedagang antar kota, jalur tata niaga selanjutnya dipedagang oleh pedagang kota. Hal ini dapat terjadi karena pedagang kota memiliki informasi harga dan pasar yang lebih banyak di banding pedagang daerah.
Jalur tata niaga yang sesungguhnya bisaanya lebih panjang dari yang di gambarkan karena dari setiap langkah terkait banyak pedagang perantara. Suatu contoh, di sentra produksi untuk mencapai pedagang grosir harus melewati beberapa pedagang pengumpul terlebih dahulu.
Panjangnya jalur tata niaga ini menyebabkan harga bawang putih menjadi sangat tinggi saat tiba di tangan konsumen. Dan, yang lebih memprihatinkan keuntungan petani produsen bisaanya jauh lebih rendah di banding pedagang.

2) Tata niaga bawang putih impor
Perjalanan bawang putih impor dimulai dari distributor yang memegang izin impor dari pemerintah. Bisaanya distributor mempunyai beberapa pedagang grosir yang akan memasarkannya kepada pengecer. Ada kalanya konsumen dapat langsung membeli pada pedagang grosir, dalam jumlah besar.
Pertemuan bawang putih lokal dan impor terjadi dipasar pusat penampungan sayuran karena pedagang grosir bawang putih impor pun sebagian besar berada di tempat itu. Apabila masuknya bawang putih tidak bersamaan dengan waktu panen raya bawang putih lokal, maka harga bawang putih lokal masih dapat bersaing sehingga konsumen masih memiliki bawang putih lokal. Namun, apabila membanjirnya bawang putih impor bersamaan dengan panen raya, maka meskipun harga bawang putih lokal sangat rendah tetapi tidak dapat bersaing dengan harga bawang putih impo9r. dalam keadaan seperti ini konsumen akan memilih bawang putih impor karena kualitas dan mutunya memang lebih tinggi.







7. ANALISA BAWANG PUTIH DATARAN RENDAH
Dalam penjelasan analisa usaha tidak diterangkan secara rinci, tetapi hanya menjelaskan berapa modal, pengeluaran dan laba yang akan diterima.
Biaya produksi (alat dan bahan, tenaga kerja dan lain lain = Rp 4.489.600,-
Penerimaan = Rp 12.000.000,-
Keuntungan/laba = Rp 7.510.400,-








































DAFTER PUSTAKA
Rony Palungkun, Asiani Budiarti, Bawang Putih Dataran Renda, Penebar Swadaya, Jakarta 1992.
Adang, Mimi Asminah, Adaptasi Sepuluh Varietas Bawang Putih (Allium Sativum) di Dataran Rendah (Kadipaten Majalengka), laporan Penelitiian Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, (Bandung : 1987)
Adinurani dan Hendroko, “ Khasiat Dan Tantangan Swasembada Bawang Putih”, Surabaya Pos, 8 juni 1991.

Senin, 11 Mei 2009

D U K U
( Lansium domesticum Corr. )






1. SEJARAH
Duku (Lansium domesticum Corr) merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia. Sekarang populasi duku sudah tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara. Selain itu ada yang menyebutkan duku berasal dari Asia Tenggara bagian Barat, Semenanjung Thailand di sebelah Barat sampai Kalimantan di sebelah Timur. Jenis ini masih dijumpai tumbuh liar/meliar kembali di wilayah tersebut dan merupakan salah satu buah-buahan budidaya utama.
2. JENIS TANAMAN
Jenis duku yang banyak ditanam di Indonesia adalah jenis duku unggul seperti duku komering, duku metesih dan duku condet.
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat utama tanaman duku sebagai makanan buah segar atau makanan olahan lainnya. Bagian lain yang bermanfaat adalah kayunya yang berwarna coklat muda keras dan tahan lama, digunakan untuk tiang rumah, gagang perabotan dan sebagainya. Kulit buah dan bijinya dapat pula dimanfaatkan sebagai obat anti diare dan obat menyembuhkan demam. Sedangkan kulit kayunya yang rasanya sepet digunakan untuk mengobati disentri, sedangkan tepung kulit kayu digunakan untuk menyembuhkan bekas gigitan kalajengking.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia duku terutama ditanam di daerah Jawa (Surakarta), Sumatera (Komering, Sumatera Selatan) dan Jakarta (Condet).
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1. Angin tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman duku tetapi tidak dapat tumbuh optimal di daerah yang kecepatan anginnya tinggi.
2. Tanaman duku umumnya dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun. Tanaman duku tumbuh secara optimal di daerah dengan iklim basah sampai agak basah yang bercurah hujan antara 1500-2500 mm/tahun.
3. Tanaman duku tumbuh optimal pada intensitas cahaya matahari tinggi.
4. Tanaman duku dapat tumbuh subur jika terletak di suatu daerah dengan suhu rata-rata 19 derajat C.
5. Kelembaban udara yang tinggi juga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman duku, sebaliknya jika kelembaban udara rendah dapat menghambat pertumbuhan tanaman duku.
5.2. Media Tanam
1. Tanaman duku dapat tumbuh baik sekali pada tanah yang banyak mengandung bahan organik, subur dan mempunyai aerasi tanah yang baik. Sebaliknya pada tanah yang agak sarang/tanah yang banyak mengandung pasir, tanaman duku tidak akan berproduksi dengan baik apabila tidak disertai dengan pengairan yang cukup.
2. Derajat keasaman tanah (pH) yang baik untuk tanaman duku adalah 6–7, walaupun tanaman duku relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah masam.
3. Di daerah yang agak basah, tanaman duku akan tumbuh dan berproduksi dengan baik asalkan keadaan keadaan air tanahnya kurang dari 150 m di bawah permukaan tanah (air tanah tipe a dan tipe b). Tetapi tanaman duku tidak menghendaki air tanah yang menggenang karena dapat menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman.
4. Tanaman duku lebih menyukai tempat yang agak lereng karena tanaman duku tidak dapat tumbuh optimal pada kondisi air yang tergenang. Sehingga jika tempatnya agak lereng, air hujan akan terus mengalir dan tidak membentuk suatu genangan air.
5.3. Ketinggian Tempat Umumnya tanaman duku menghendaki lahan yang memiliki ketinggian tidak lebih
dari 650 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Kualitas bibit tanaman duku yang akan ditanam sangat menentukan produksi duku. Oleh sebab itu bibit duku harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Bebas dari hama dan penyakit
2. Bibit mempunyai sifat genjah
3. Tingkat keseragaman penampakan fisik seperti warna, bentuk dan ukuran lebih seragam dari bibit lain yang sejenis
4. Bibit cepat tumbuh.
2) Penyiapan Benih
Perbanyakan dan penanaman duku umumnya masih diperbanyak dengan benih atau dari semai yang tumbuh spontan di bawah pohonnya, kemudian dipelihara dalam pot sampai tinggi hampir 1 meter dan sudah dapat ditanam di lapangan. Sehingga tingkat keberhasilan perbanyakan generatif cukup tinggi walaupun memerlukan waktu yang relatif lama. Daya perkecambahan dan daya tahan semai akan lebih baik sejalan dengan ukuran benih dan hanya benih-benih yang berukuran besar yang hendaknya digunakan dalam usaha pembibitan. Pertumbuhan awal semai itu lambat sekali, dengan pemilihan yang intensif diperlukan waktu 10–18 bulan agar batang duku berdiameter sebesar pensil, yaitu ukuran yang cocok untuk usaha penyambungan atau penanaman di lapangan, tetapi di kebanyakan pembibitan untuk sampai pada ukuran tersebut diperlukan waktu 2 kali lebih lama. Perbanyakan dengan stek dimungkinkan dengan menggunakan kayu yang masih hijau, namun memerlukan perawatan yang teliti. Terkadang cabang yang besar dicangkok, sebab pohon ynag diperbanyak dengan cangkokan ini dapat berbuah setelah beberapa tahun saja, tetapi kematian setelah cangkokan dipisahkan dari pohon induknya cenderung tinggi presentasenya.
3) Teknik Penyemaian Benih
Waktu penyemaian benih sebaiknya pada musim hujan agar diperoleh keadaan yang selalu lembab dan basah.Cara pembuatan media penyemaian dapat berupa tanah yang subur/campuran tanah dan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dengan perbandingan sama (1:1). Jika perlu media tanam dapat ditambahkan sedikit pasir. Tempat persemaian bisa berupa bedengan, keranjang/kantong plastik atau polybag. Tetapi sebaiknya tempat untuk persemaian menggunakan kantong plastik agar mempermudah dalam proses pemindahan bibit.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Bibit duku tidak memerlukan perawatan khusus kecuali pemberian air yang cukup terutama pada musim kemarau. Selama 2 atau 3 minggu sejak bibit duku ditanam perlu dilakukan penyiraman dua kali setiap hari yaitu pagi dan sore hari, terutama pada saat tidak turun hujan. Selanjutnya cukup disiram satu kali setiap hari. Kalau pertumbuhannya sudah benar-benar kokoh, penyiraman cukup dilakukan penyiraman secukupnya jika media penyemaian kering. Penyulaman pada bibit diperlukan jika ada bibit yang mati maupun bibit yang pertumbuhannya terhambat. Rumput liar yang mengganggu pertumbuhan bibit juga hrus dihilangkan. Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit perlu diberi pupuk baik pupuk organik berupa pupuk kandang dan kompos maupun pupuk anorganik berupa pupuk TSP dan ZK sesuai dengan dosis dan kadar yang dianjurkan.
5) Pemindahan Bibit
Umur bibit yang siap tanam adalah sekitar 2-3 bulan dengan tinggi bibit 30-40 cm. Kegiatan pemindahan bibit harus memperhatikan kondisi fisik bibit waktu yang tepat
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Sebelum dilakukan pengolahan lahan perlu diketahui terlebih dahulu tingkat pH tanah yang sesuai untuk tanaman duku, yaitu sebesar 6-7. Selain itu kondisi tanah yang akan diolah juga harus sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman duku yaitu tanah yang mengandung banyak bahan organik serta airase tanah yang baik.
2) Pembukaan Lahan
Kegiatan pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti traktor maupun cangkul. Pembukaan laahan sebaiknya dilakukan pada waktu musim kering agar pada awal waktu musim hujan kegiatan penanaman dapat dilakukan segera.
3) Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan tidak terlalu diperlukan delam pengolahan lahan untuk tanaman duku, sehingga bedengan jarang dijumpai pada lahan tanaman duku.
4) Pengapuran
Kegiatan pengapuran sangat diperlukan jika kondisi pH tanah tidak sesuai dengan persyaratan pH tanah untuk tanaman duku. Cara pengapuran dapat dilakukan dengan penyiraman di sekitar tanaman duku. Jumlah dan dosis pengapuran harus sesuai dengan kadar yang dianjurkan.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Pohon duku umumnya di tanam di pekarangan, tetapi sering pula ditanam tumpang sari di bawah pohon kelapa (di Filipina) atau ditumpang sarikan dengan tanaman lain seperti pohon manggis dan durian (di Indonesia dan Thailand). Jarak tanam yang dianjurkan sangat bervariasi dari jarak 8x8 m (kira-kira 150 pohon/ha, di Philipina) sampai jarak 12x12 m untuk tipe longkong yang tajuknya memencar di Thailand bagian selatan (50-60 pohon/hektar). Jarak tanam ini ditentukan dengan memperhatikan adanya pohon-pohon pendampingnya.
Variasi jarak tanam yang lain adalah ukuran 7x8 m, 8x9 m, 9x9 m, 9x10 m. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah jarak tanam harus cukup lebar, karena jika tanamannya sudah dewasa tajuknya membutuhkan ruangan yang cukup luas. Salah satu variasi tersebut dapat diterapkan tergantung kondisi tanah terutama tingkat kesuburannya. Seandainya diterapkan jarak tanam 10x10 m, berarti untuk lahan yang luasnya satu hektar akan dapat ditanami bibit duku sebanyak 100 pohon.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Setelah jarak tanam ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan lubang tanam. Waktu yang terbaik untuk membuat lubang tanam adalah sekitar 1-2 bulan sebelum penanaman bibit. Lubang tanam minimal yang dibuat adalah berukuran 0,6 x 0,6 x 0,6 meter. Namun akan lebih baik apabila ukurannya lebih besar yaitu 0,8 x 0,8 x 0,7 meter. Jika bibit duku yang akan ditanam berakar panjang (bibit dari biji), maka lubang yang dibuat harus lebih dalam. Tetapi jika bibit duku berakar pendek (bibit hasil cangkok), penggalian lubang diusahakan lebih lebar dan lebih luas.
3) Cara Penanaman
Penanaman bibit duku sebaiknya menunggu sampai tanah galian memadat atau tampak turun dari permukaan tanah sekitarnya. Sebelum penanaman dilakukan, maka tanah pada lubang tanam digali terlebih dahulu dengan ukuran kira-kira sebesar kantung yang dibuat untuk membungkus bibit. Setelah itu pembungkus bibit dibuka dan tanaman dimasukkan dlam lubang tanam. Hal yang perlu diperhatikan adalah posisi akar tidak boleh terbelit sehingga nantinya tidak mengganggu proses pertumbuhan. Pada saat penanaman bibit, kondisi tanah harus basah/disiram dahulu. Penanaman bibit duku jangan terlalu dangkal. Selain itu permukaan tanah yang dibawa oleh bibit dari kantung pembungkus harus tetap terlihat. Setelah bibit tanam, maka tanah yang ada disekitarnya dipadatkan dan disiram dengan air secukupnya. Disekitar permukaan atas lubang tanam dapat diberi bonggol pisang, jerami, atau rumput-rumputan kering untuk menjaga kelembaban dan menghindari pengerasan tanah.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Kegiatan penjarangan pada dasarnya adalah untuk mengurangi persaingan antara tanaman pokok (tanaman duku) dan tanaman lain (tanaman pelindung). Persaingan yang terjadi adalah untuk mendapatkan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh. Tanaman selain duku yang dijarangi sebaiknya merupakan tanaman yang memang tidak dikehendaki dan menggangu pertumbuhan tanaman duku. Penyulaman tanaman duku juga perlu dilakukan jika ada tanaman duku yang mati. Tumbuhan liar atau gulma juga harus dibersihkan secara rutin. Radius 1-2 meter dari tanaman duku harus bersih.
2) Penyiangan
Kegiatan penyiangan diperlukan untuk menghilangkan rumput dan herba kecil yang dapat mengganggu pertumbuhan Tanaman duku. Penyiangan dapat dilakukan dengan tangan maupun dengan bantuan beberapa alat pertaniannya
lainnya.
3) Pemupukan
Pemupukan sangat diperlukan untuk meningkatkan ketersediaan hara tanah. Meskipun tidak ada pedoman baku untuk pemupukan duku, tetapi agar tidak membingungkan dapat menggunakan patokan sebagai berikut:
1. Tahun kedua dan ketiga untuk setiap pohon duku bisa diberikan pupuk 15-30 kg pupuk organik, urea 100 gram, TSP 50 gram dan ZK 20 gram.
2. Tahun keempat, kelima dan keenam, dosis pupuk dinaikan menjadi 25-40 kg pupuk organik, urea 150 gram, TSP 60 gram dan juga pupuk ZK sebanyak 40 gram.
3. Tahun-tahun berikutnya dosis pupuk dinaikkan lagi. Namun pemberian pupuk sebaiknya disesuaikan pula dengan tingkat pertumbuhan tanaman duku dan kesuburan tanah. Pemupukan duku dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar tanaman duku sedalam 30-50 cm dengan lebar yang sama. Lubang pupuk tersebut dibuat melingkar yang letaknya tepat disekeliling tajuk tanaman.
4) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman duku hanya memerlukan pemberian air yang cukup terutama pada musim kemarau. Selain itu juga tanaman duku sudah cukup kuat dan kokoh maka penyiraman dilakukan seperlunya saja. Di sekitar lubang tanam sebaiknya dibuat saluran air untuk mencegah air yang tergenang baik yang berasal dari hujan maupun air penyiraman.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Kelelawar
Buah duku yang diincar kelelawar adalah buah duku yang matang dan siap dipanen.
Pengendalian: untuk mencegah gangguan kelelawar ini adalah dengan membungkus buah duku sejak buah itu berukuran kecil. Bahan pembungkus dapat berupa ijuk tanaman aren, kain bekas, bongsang yang terbuat dari anyaman bambu.
2) Kutu perisai (Asterolecantium sp.)
Hama ini menyerang daun dan batang duku.
Pengendalian:
• dengan cara pemeliharaan dan perawatan tanaman sebaik mungkin;
• menggunakan insektisida yang sesuai dengan jenis hama yang mengganggunya.
3) Kumbang penggerak buah (Curculio sp.)
Gejala: menyerang buah duku yang sudah matang, sehingga buah duku berlubang dan busuk bila air hujan masuk ke dalamnya. Pengendalian: sama kutu perisai.
4) Kutu putih (Psedococcus lepelleyi)
Hama yang menutupi kuncup daun dan daun muda buah duku. Pengendalian: sama kutu perisai.
7.2. Penyakit
1) Penyakit busuk akar
Merupakan penyakit yang berbahaya karena menyerang pohon dan buah duku.
Pengendalian:
• dengan pemeliharaan tanaman yang baik;
• disemprot dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.
2) Penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosporiods)
Gejala: adanya bintik kecoklatan pada rangkaian buah, serangan ini menyebabkan buah berguguran lebih awal dan juga menyebabkan kerugian pasca panen.
Pengendalian:
• dengan pemeliharaan tanaman yang baik;
• disemprot dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.
3) Penyakit mati pucuk
Penyebab: cendawan Gloeosporium sp. menyerang ujung cabang dan ranting yang nampak kering.
Pengendalian:
• dengan pemeliharaan tanaman yang baik;
• dilakukan dengan disemprot dengan fungisida seperti Manzate, Zerlate, Fermate, Dithane D-14 atau pestisida lain. Dosis untuk obat pemberantasan penyakit ini harus disesuaikan dengan anjuran pada label masing-masing obat.
7.3. Gulma
Adanya gulma seperti rumput liar dan alang-alang dapat menghambat pertumbuhan tanaman duku. Gulma ini harus dihilangkan dengan cara penyiangan dan untuk mencegah gulma ini dapat digunakan obat-obatan kimia.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur tanaman duku dapat mencapai 300 tahun atau lebih, tergantung dari sifat atau jenisnya, cara pemeliharaan dan kondisi lingkungan tempat tumbuh. Produktivitas buahnya yang siap panen juga sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Buah duku yang siap dipanen biasanya kulit buah berwarna kuning kehijau-hijauan bersih dan bahkan telah menjadi kuning keputih-putihan serta buah agak lunak. Tanda-tanda lainnya adalah getah pada kulit buahnya sudah tampak berkurang atau tidak ada getah sama sekali pada kulit buah duku, jika buah masih berwarna hijau berarti buah belum matang dan tidak siap dipanen. Tanaman duku yang diperbanyak dengan biji, biasanya mulai berbunga sekaligus berbuah pada umur tanaman 12 tahun bahkan lebih. Sedangkan untuk tanaman duku yang pembibitannya secara vegetatif seperti pencangkokkan atau sambungan dapat berbuah lebih cepat yaitu pada umur 8 tahun.
8.2. Cara Panen
Buah duku biasanya dipanen dengan cara dipanjat pohonnya dan dipotongi tandan–tandan buahnya yang matang dengan pisau atau gunting pangkas. Hendaklah berhati-hati agar tidak melukai bagian batang tempat menempelnya gagang tandan, sebab perbungaan berikutnya juga akan muncul disitu juga. Kenyataannya, daripada memanjat pohonnya lebih baik menggunakan tangga, sebab tindakan demikian akan mengurangi kerusakan kuncup-kuncup bunga yang masih dominan. Diperlukan 4 atau 5 kali pemanenan sampai semua buah habis dipetik dari pohon. Hanya pemetikan buah yang matang, yang ditaksir dari perubahan warna, yang akan sangat memperbaiki kualitas buah. Umumnya buah yang berada dalam satu tandan akan matang hampir bersamaan, tetapi jika proses pematangan tidak bersamaan, akan sangat menyulitkan pemanenan. Buah duku harus dipanen dalam kondisi kering, sebab buah yang basah akan berjamur jika dikemas.
8.3. Periode Panen
Pada umumnya, tanaman duku mulai berbunga sekitar bulan September dan Oktober setiap tahunnya dan buahnya yang masak mulai dapat dipungut setelah 6 bulan kemudian sejak keluarnya bunga, yaitu sekitar bulan Februari atau Maret. Penyerbukan bunga duku biasanya terjadi secara silang oleh perantaraan serangga seperti lebah madu, walupun penyerbukan sendiri sering pula terjadi. Masa keluarnya bunga duku yang pertama tergantung pada kondisi lingkungan dan sifat/jenis dari tanaman duku tersebut.Musim panen duku pendek sekali, buah langsat matang sedikit lebih awal dari buah duku. Di daerah tertentu tipe buah duku-langsat menghasilkan 2 kali panen pertahun (walupun tidak jelas apakah masing-masing pohon berbuah lebih dari sekali setiap tahunnya), dan waktu panen itu juga bervariasi untuk berbagai daerah, sehingga di pasar-pasar induk buah duku dapat diperoleh selama 4 bulan (di Thailand dan Filiphina pada bulan Juli sampai Oktober) sampai 8 bulan (di Semenanjung Malaysia pada bulan Juni sampai Februari).
8.4. Prakiraan Produksi
Hasil Panen buah duku agak bervariasi. Suatu kecenderungan adanya 2 kali berbuah telah dilaporkan di Filiphina. Pohon duku yang berumur 10 tahun dapat menghasilkan 40-50 kg, buah duku meningkat menjadi 80–150 kg pada umur pohon 30 tahun, hasil maksimumnya menurut laporan yang ada mencapai 300 kg per pohon. Angka-angka mengenai luasan lahan dan produksi tersebut di atas jika dihitung menjadi hasil rata-rata akan diperoleh angka 2,5 ton per hektar untuk negara. Filiphina dibandingkan dengan 3,6 ton per hektar untuk langsat dan 5,6 ton per hektar untuk duku di Thailand.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah buah dipanen, maka buah duku tersebut dikumpulkan disuatu tempat yang kering dan tidak berair.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Dalam skala usaha komersial, buah duku yang sudah dipanen sudah barang tentu harus disortir terlebih dahulu. Sortasi terutama dilakukan berdasarkan ukuran besar kecilnya buah duku, sekaligus membuang buah yang busuk atau cacat dan menyingkirkan tandannya. Buah duku tidak biasa dijual bersama dengan tandannya, karena ada orang yang senang membeli buah duku tanpa disertai tandannya.
9.3. Penyimpanan
Duku merupakan buah yang sangat mudah rusak karena kulit buahnya akan berubah menjadi coklat dalam 4 atau 5 hari setelah dipanen. Buah dapat dibiarkan dipohonnya selama beberapa hari menunggu sampai tandan-tandan lainnya juga matang, tetapi walau masih berada dipohonnya buah-buah itu tetap berubah menjadi coklat dan dalam waktu yang pendek tidak akan laku dijual di pasar. Sehingga diperlukan adanya proses penyimpanan dalam kamar pendingin dengan suhu 15°C dan kelembaban nisbi 85-90 % dapat memungkinkan buah bertahan sampai 2 minggu, jika buah-buah itu direndam dulu dalam larutan Benomil.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Buah duku mudah sekali mengalami kerusakan yang tidak berbeda dengan buah-buahan lain pada umumnya. Untuk mengatasi kemungkinan adanya kerusakan pada buah duku, terutama kerusakan pada waktu perjalanan, maka buah duku itu harus dikemas sedemikian rupa dengan menggunakan kemasan yang kuat. Jenis kemasan yang paling baik untuk buah duku adalah peti kayu. Ukuran kemasan jangan terlalu kecil atau besar, tetapi sebaiknya berukuran lebih kurang 30 x 30 x 50 cm yang dapat memuat buah duku sekitar 20 kg per peti. Setelah buah duku dikemas dalam kemasan yang baik maka kemasan itu dikumpulkan pada suatu tempat atau gudang untuk kemudian diangkut dengan alat transportasi.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya : …
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek agrobisnis tanaman duku masih sangat cerah. Untuk pasaran dalam negeri biasanya para pedagang musiman yang menjajakan buah duku bermunculan di kota-kota besar pada musim panen hanya terjadi sekali setahun. Hal ini membuktikan bahwa duku sangat digemari oleh masyarakat yang tentu saja mengundang minat banyak orang untuk menjadi penjualnya. Selain itu penjualan buah duku dapat mendatangkan keuntungan lumayan sekaligus dapat menjadi sumber usaha bagi pedagang musiman yang sifatnya hanya sementara itu. Tingginya minat masyarakat untuk membeli buah duku merupakan indikasi bahwa masa depan buah duku mempunyai peluang pasar yang prospektif. Oleh karena itu pemasran buah duku bisa menjadi salah satu andalan sebagai sumber lapangan kerja bagi mereka yang berjiwa bisnis tetapi tidak memiliki jenis usaha yang tetap, yaitu menjadi pedagang musiman.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi : …
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu : …
11.4. Pengambilan Contoh
Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian dibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.
1. Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang diambil 5.
2. Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang diambil 7.
3. Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang diambil 9.
4. Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 10.
5. Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 15.
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
Buah alpukat disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dalam keranjang bambu/bahan lain yang sesuai dengan/tanpa bahan penyekat, ditutup dengan anyaman bambu/bahan lain, kemudian diikat dengan tali bambu/bahan lain. Isi kemasan tidak melebihi permukaan kemasan dengan berat bersih maksimum 20 kg. Di bagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, daerah asal, nama/kode perusahaan/eksportir, berat bersih, hasil Indonesia dan tempat/negara tujuan.